Mohon tunggu...
ABDURRAHMAN SP
ABDURRAHMAN SP Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Pertanian

Penyuluh Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Nature

Panen ala Tradisi Gayo Takengon

4 September 2020   15:35 Diperbarui: 4 September 2020   15:40 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dataran tinggi tanah Gayo awal September 2020  Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah kembali menggalakkan tradisi panen padi memotong, mengumpul dan menggilas  yakni pemisahan bulir padi dari tangkai.

Dalam Bahasa gayo memotong adalah MUNOLING, mengumpul hasil pemotongan padi tersebut dinamakan MUBENOH sedangkan menggilas dengan telapak kaki disebut MUJEK.

Petani tempo dulu menjadikan masa panen itu bagian dari acara rasa syukur kepada Sang Pencipta dengan mengikuti aturan kejurun belang  dan tradisi kebiasaan masyarakat untuk berkumpul sambil bekerja. 

Orang tua bersama anak gadis ketika turun kesawah menggunakan pakaian yang santun kebaya atau sejenisnya dengan disertai hijab atau kelubung dari kain panjang. Sementara kaum bapak selain menggunakan celana panjang juga memakai kain sarung sebagai etika yang  turun temurun.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah NASRUN LIWANZA didampingi kepala bidang penyuluhan SULWAN AMRI secara bersahaja menggunakan peci hitam, kain sarung dan tongkat serule berdemontrasi  melakukan perontokan padi  (MUJEK)  di tengah lahan sawah di  dataran tinggi tanah Gayo Takengon.

Dalam arahan  kepala  Dinas Pertanian NASRUN memberi aprisiasi kepada penyuluh sudah mengarahkan petani  menggunakan karung atau goni pelastik  sebagai wadah mengumpulkan hasil panen (RADEN) ke tempat perontokan (SELADANG). " Inovasi "ini pasti bertujuan untuk menurunkan kehilangan  hasil akibat cara panen yang tidak tepat, seraya mengatakan terima kasih penyuluh ! 

Penerapan teknologi dan inovasi terus dikembangkan sejalan dengan ketersediaan alat mesin pertanian, namun penyuluh juga harus memperhatikan kearipan lokal beserta budaya yang ada sehingga petani nyaman, nyambung dan mudah digerakan.

Tradisi  panen  padi  masa lalu  tergolong unik,  petani rata-rata  senang berpindah  bertualang di gubuk sawah  30- 50  hari, buktinya ketika seekor ayam betina  yang mulai bertelur dibawak kesawah,  induk selesai menetas petani masih berada  di sawah.  Alasannya  mereka  sembari menikmati masa panen,  padi juga harus dibersihkan   dari hampa, sisa jerami dan  benda asing lainnya.  

Pasca panen ala MUNANGIN menggunakan BENYANG  ini  sangat ketergantungan dengan  arah angin,  kalau arah angin bolak -- balik atau sama sekali tidak berhembus tentu menjadi kendala besar.

Faktor penyebab sangat alotnya penangan pasca panen ini adalah  gabah tersebut  untuk disimpan di Lumbung prbiadi, sehingga gabah  harus dijemur sampai kering . Jadi  masa panen tempo dulu  petani   sangat tergantung  kepada paktor alam seperti  arah angin dan curah hujan}*

}* Abdurrahman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun