Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ruang Publik Kota dan Pusat Pedagang Kaki Lima

24 September 2015   12:46 Diperbarui: 24 September 2015   12:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Permasalahan kota dan ruang publiknya tak lepas dari masalah pedagang kaki lima yang suka mangkal berjualan di sekitaran atau bahkan di dalam ruang publik itu sendiri. Ruang publik yang "hanya sekedar jadi" dan kemudian ditinggalkan hingga kumuh merupakan cerminan bahwa banyak sekali masalah mengenai ruang publik di kota.

Penertiban selalu di lakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk meniadakan pedagang kaki lima (PKL) di ruang-ruang publik. Namanya orang mencari makan, meski dilarang pun akan dilanggar juga. "Ladang" uang mereka ada di keramaian orang, salah satu tempat ramainya orang yauitu di ruang-ruang publik.

Semisal saja di Kota Malang yang telah berhasil menyulap ruang terbuka hijau di median jalan sekitar Jalan Jakarta menjadi Taman Kunang-kunang dengan lampu-lampu yang bagus. Awal pembukaan memang tidak nampak adanya pedagang pun begitu ketika pagi. Namun dari sore hingga malam hari PKL pun turun dan menjajakan makanannya meski hanya berjualan di pinggir jalan atau taman itu.

Seperti perangko yang tak bisa lepas dari surat, adanya ruang publik di kota juga sangat erat dengan PKL. Kalaupun mereka dipisahkan paksa, pasti PKL akan kembali dan kembali lagi. Sebuah pekerjaan yang sia-sia tentunya.

Apalagi memang masyarakat tidak hanya duduk-duduk dan mengobrol saja di ruang publik. Dalam waktu yang lama pasti timbul di benak mereka untuk ingin mengkonsumsi sesuatu. Entah hanya sekedar air mineral atau makan makanan yang berat seperti Soto Daging kesukaan saya.

Karena saya adalah salah satu penikmat ruang publik di kota, saya memiliki harapan kepada ruang publik dan PKL yang bersatu tanpa menjadi benalu bagi yang lainnya. Ruang publik dan PKL yang menjadi satu tanpa harus membuat masalah baru. Butuh terobosan yang pas mengenai ruang publik.

Dengan tidak mengubah fungsi ruang publik menjadi ruang berjualan bagi PKL saya mencoba menuangkan harapan saya ini dalam bentuk deskripsi secara tulisan. Saya mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Malang sehingga belum bisa menggambar dengan baik apa harapan saya dengan bentuk sketsa atau yang lain.

Jika melihat dari kebutuhan orang kota yang beragam dan kompleks maka butuh taman yang tematik, seperti yang ada di Kota Bandung. Taman-taman itu harus memiliki rumput, dan tanaman hijau yang besar-besar karena orang di kota butuh tempat untuk bersantai yang nyaman. 

Danau atau sekedar aliran air buatan (bukan air mancur) seperti sungai kecil, bagi saya perlu untuk beberapa ruang publik. Aliran air juga bisa memberikan sensasi "sejuknya" itu sendiri. 

Ruang publik bagi saya harus berada agak jauh dari jalan raya, mminimal tidak langsung berbatasan dengan jalan raya namun tidak boleh terlalu jauh juga dari pusat-pusat kehidupan manusia kota. Ruang publik juga harus menjadi ruang edukasi bagi anak-anak. Tanaman-tanaman dari daerah lain yang jarang ada di kota sebaiknya ditanam juga di taman-taman sebagai ruang publik.

Tak jauh dari ruang publik itu ada pusat PKL yang juga disediakan tempat duduk yang nyaman bagi orang yang hendak bersantai sambil makan atau minum yang dijajakan oleh PKL itu. PKL yang berjualan di situ pun adalah PKL yang harus sudah berjualan di sana, bukan PKL baru seperti yang terjadi di banyak kota di Indonesia. PKL pun dibiarkan tanpa stan resmi untuk membuat kesan tradisionalnya, sesuatu yang agak butuh juga di kota. Ruang PKL juga harus ditambah dengan adanya WiFi Hotspot Area agar semakin menambah nyaman orang kota yang memang tidak bisa lepas dari internet sekarang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun