Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Rekan Kerja Promosi Jabatan Tapi "Main Belakang", Harus Bagaimana?

11 Juni 2020   11:17 Diperbarui: 11 Juni 2020   11:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar | Dokumen foto via Independent.co.uk

Sehingga pilihan harus bagaimana menyikapinya, itu memang hanya ada dua keputusan, tetap terima dan bertahan dengan kenyataan yang ada ataukah resign dari kantor.

Tapi haruskah resign sementara juga karyawan juga dihadapkan sedang butuh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup?

Atau bahkan jadi pilihan yang lebih sulit lagi, sebab kalau resign akan sulit lagi atau belum tentu bisa langsung dapat lagi pekerjaan.

Jadi begini, terkait dilematisnya harus bagaimana menyikapinya, penulis akan coba menuangkan sedikit pengalaman penulis yang pernah merasakan terjadinya persaingan promosi jabatan yang dirasa kurang fair tersebut.

Jadi maksud penulis, dari pengalaman penulis ini semoga bisa menjadi referensi, timbang saran dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kantor, apakah harus mengambil keputusan resign ataukah tetap bertahan.

Nah, saya sebenarnya juga pernah ditelikung oleh rekan kerja sendiri, seharusnya kandidat yang dicalonkan promosi jabatan adalah saya tapi justru rekan sejawat saya yang dipromosikan.

Padahal menurut saya dia kurang layak mendapatkan promosi jabatan tersebut, karena fakta di lapangan, memang kinerjanya buruk, bahkan segala sesuatunya kalah jauh dari saya.

Sayapun jadi bertanya-tanya dan menduga-duga dalam hati, kenapa harus dia yang promosi jabatan, kenapa bukan saya, kan seharusnya saya, wah pasti ada yang nggak beres ini, ada apa ini?

Ternyata rekan kerja saya yang lainnya juga sependapat dengan saya, kok bisa dia yang promosi jabatan, jangan-jangan dia main belakang?

Saya memang sempat tidak terima, dan sempat juga berpikiran untuk mengajak rekan saya yang sependapat dengan saya untuk bertindak memboikot keputusan yang kurang profesional tersebut.

Untungnya niatan tersebut saya urungkan dan tidak jadi saya laksanakan, karena belum tentu apa yang menjadi dugaan saya dan rekan kerja yang lainnya benar adanya seperti yang ditudingkan, akhirnya saya dan rekan kerja yang lainnya terus mencoba untuk berpikir jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun