Sehingga pilihan harus bagaimana menyikapinya, itu memang hanya ada dua keputusan, tetap terima dan bertahan dengan kenyataan yang ada ataukah resign dari kantor.
Tapi haruskah resign sementara juga karyawan juga dihadapkan sedang butuh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup?
Atau bahkan jadi pilihan yang lebih sulit lagi, sebab kalau resign akan sulit lagi atau belum tentu bisa langsung dapat lagi pekerjaan.
Jadi begini, terkait dilematisnya harus bagaimana menyikapinya, penulis akan coba menuangkan sedikit pengalaman penulis yang pernah merasakan terjadinya persaingan promosi jabatan yang dirasa kurang fair tersebut.
Jadi maksud penulis, dari pengalaman penulis ini semoga bisa menjadi referensi, timbang saran dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kantor, apakah harus mengambil keputusan resign ataukah tetap bertahan.
Nah, saya sebenarnya juga pernah ditelikung oleh rekan kerja sendiri, seharusnya kandidat yang dicalonkan promosi jabatan adalah saya tapi justru rekan sejawat saya yang dipromosikan.
Padahal menurut saya dia kurang layak mendapatkan promosi jabatan tersebut, karena fakta di lapangan, memang kinerjanya buruk, bahkan segala sesuatunya kalah jauh dari saya.
Sayapun jadi bertanya-tanya dan menduga-duga dalam hati, kenapa harus dia yang promosi jabatan, kenapa bukan saya, kan seharusnya saya, wah pasti ada yang nggak beres ini, ada apa ini?
Ternyata rekan kerja saya yang lainnya juga sependapat dengan saya, kok bisa dia yang promosi jabatan, jangan-jangan dia main belakang?
Saya memang sempat tidak terima, dan sempat juga berpikiran untuk mengajak rekan saya yang sependapat dengan saya untuk bertindak memboikot keputusan yang kurang profesional tersebut.
Untungnya niatan tersebut saya urungkan dan tidak jadi saya laksanakan, karena belum tentu apa yang menjadi dugaan saya dan rekan kerja yang lainnya benar adanya seperti yang ditudingkan, akhirnya saya dan rekan kerja yang lainnya terus mencoba untuk berpikir jernih.