Persaingan antar karyawan demi meraih posisi jabatan merupakan hal yang lazim dalam dinamika ruang lingkup pekerjaan di kantor.
Kalau persaingan tersebut berlangsung wajar atau fair, tentunya di antara sesama karyawan akan dapat menerimanya apabila salah satu atau beberapanya ada yang akhirnya dapat promosi jabatan.Akan tetapi, terkadang persaingan tersebut jadi tidak lazim, karena cara yang ditempuh untuk mendapat promosi jabatan tersebut ternyata tidak wajar dan tidak fair.
Karena bisa saja terjadi, tetiba saja rekan kerja yang dalam kesehariannya biasa saja terkait nilai, kualitas dan kinerjanya ternyata justru yang lebih dulu dapat promosi jabatan.
Sehingga di sinilah yang terkadang berdampak pada karyawan yang lainnya, karena akan timbul dugaan dan pertanyaan kenapa bisa karyawan yang justru nilai, kualitas dan kinerjanya biasa dan bahkan buruk dapat promosi jabatan.
Maka hal yang wajar juga bila akhirnya timbul dugaan dan kecurigaan kalau promosi jabatan yang diperoleh tersebut ditempuh dengan cara yang tidak fair, seperti main belakang, lobi-lobi khusus, titipan orang dalam dan cara-cara tidak fair yang lainnya.
Lalu, kalau kenyataan seperti itu harus bagaimana?
Ya, memang bila kenyataan dirasa telah terjadi cara yang tidak fair dalam rangka promosi jabatan tersebut, tentunya hal yang wajar juga bila karyawan yang lainnya tidak akan bisa terima begitu saja.
Karena persaingan dalam rangka promosi jabatan dirasa tidak fair tersebut tentu saja akan menimbulkan suasana dan hubungan yang kurang sehat di antara para karyawan yang lainnya.
Dan suatu pilihan yang dilematis juga sebenarnya buat para karyawan yang lainnya apakah harus terima ataukah tidak terima.
Lalu kalau pun para karyawan yang lainnya harus menerimanya meski bagaimana, tapi kalau tidak terima harus bagaimana juga?