pejabat publik diwawancara oleh awak media dalam memberikan statemen dan narasi ataupun dalam kepentingan gelar konferensi pers, hingga kepentingan memaparkan pidato.
Kita tentu sering melihat, ketika paraTak ketinggalan juga pejabat publik, sering kali hadir dalam siaran tunda dan siaran langsung ataupun lewat sambungan siaran video dan telepon melalui program acara televisi ataupun radio sebagai narasumber.
Sehingga terkait perannya ini yang juga sebagai narasumber bagi publik dan media, maka para pejabat publik sangat dituntut memiliki aktualitas diri, integritas, luwes, kompetibel maupun fleksibel dalam literasi komunikasi interpersonal, karena berkaitan dengan kapabilitasnya dan kredibilitasnya sebagai figur pejabat publik.
Literasi komunikasi interpersonal itu sendiri adalah suatu kemampuan ataupun kecakapan yang harus dimiliki dan digunakan individu dalam melakukan interaksi dengan individu lain atau sekelompok individu lainnya.
Literasi komunikasi interpersonal tersebut adalah apa yang digunakan oleh para pejabat publik ketika berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain secara tatap muka.
Maka dari itu, dalam menyampaikan literasi komunikasi interpersonal, pejabat publik tidak bisa sembarangan atau asal bicara tanpa konsep berpikir, dalam rangka memberikan berbagai statemen, narasi, ataupun keterangan yang berkaitan dengan suatu materi ataupun hal hal yang dipersoalkan, seperti tentang isu isu sosial di publik, berbagai pemberitaan maupun informasi dan lain sebagainya.
Jawaban atau keterangan yang diberikan tidaklah boleh ambigu ataupun mengambang. Karena, berkaitan dengan kepentingan khalayak publik dan media.
Sehingga statemen, narasi, ataupun keterangan yang diberikan haruslah jujur, independen dan dapat dipercaya serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan keabsahannya.
Maka dari itu, berlatar dari ini semua maka literasi komunikasi interpersonal para pejabat publik sebagai narasumber ini, sangatlah teramat penting dan haruslah mumpuni serta terkonsep dengan baik.
Namun tak sedikit juga kita melihat ataupun mendapati, para pejabat publik seringkali salah bicara ataupun terseleo lidah ketika didaulat menjadi narasumber bagi publik dan media.
Salah bicara atau terseleo lidah maksudnya disini adalah, narasi jawaban dan keterangan ataupun pidato yang diberikan dan dipaparkan ternyata secara tidak disengaja atau diluar perkiraan dan pemikiran terkadang justru jadi kontroversi dan kontradiksi, padahal mungkin maksudnya juga bukan begitu.