Mohon tunggu...
Kapitha Indonesia
Kapitha Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Baik

Orang Baik dan suka menulis, mudah bergaul dengan siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Talcott Parsons dan Teori Strukturalisme - Fungsional

9 Februari 2018   18:27 Diperbarui: 10 Februari 2018   07:40 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Sidra Sofyan

Jangan menerimanya mentah-mentah teori dari Barat. Ada sisi baik dan ada pula sisi buruk, yang tidak pantas kita menerima apalagi mempraktekan dalam kehidupan sosial, khususnya di Indonesia.

Tulisan singkat, tetapi dengan istilah moderen mugkin disebut sebagai "melawan lupa" iya benar, selama ini kita lupa atau mungkin tidak menyadari, bahwa salasatu pakar sosiologi dari Amerika namanya Talcott Parsons dengan teorinya Strukturalisme Fungsional, yang selama ini kita yakini benar ternyata salah dan telah mengubah semua sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia menjadi Moderen.

Gagasan Talcott Parson dengan teorinya Strukturalisme Fungsional, memang sudah lama ada di Indonesia, sejak tahun 1970-an. Teori dari Parson itu juga sudah lama memasuki dan menghiasi kurikulum pendidikan, terutama perguruan tinggi, khususnya ilmu-ilmu sosial.

Apa boleh buat, sejarah telah berlalu, tetapi cerita tidak mungkin kita lupakan begitu saja, apalagi sampai melupakan bukti-bukti peninggalan sajarah. Talcott Parsons, sudah wafat, tetapi teorinya masih bergentayangan dihadapan kita, menjelma dalam kepustakaan kita, ataukah di buku yang sedang kita baca.

Perjalanan teori Strukturalisme Fungsional. Teori itu mulai dibangun oleh Parsons tahun 1937, sebagaimana tercermin dalam sebuah artikel yang terkenal berjudul The Struktural of Social Action.

Setelah Perang Dunia I, dikenal sebagi era konsolidasi Kapitalisme-imperialis. Negara-negara yang bangkrut atau terjadi resesi ekonomi akibat dari perang, mulai menyusuan strategi untuk memulihkan kondisi ekonomi. Negara-negara itu adalah Sovyet (Imperialis-Komunis), AS dan Inggris (Imperialis- Kapitalis) Jerman (Imperialisrasis), dan Jepang (imperialis-totaliter).

Untuk menyelamatkan negara, Kapitalis-Imperialis AS dan Inggris, juga melakukan rekayasa sosial dengan menyusun konsep dan teori-teori sosial untuk diujicoba di negara-negara jajahan, terkecuali Indonesia. Teori yang dimaksud yaitu Strukturalisme-Fugsional dari Talcott Parsons.

Di Indonesia, Teori Strukturalisme- Fungsional sebagai peletak dasar atau pembenaran masuknya korporasi-korporasi Asing. Gagasan dari Parson, berhasil merubah masyarakat Indonesia menjadi moderen. Cara berpikir atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan konsep moderen harus disingkirkan, agar cara hidup kita menjadi ke barat-baratan. Pemikiran Parsons itu, kemudian didukung oleh Aguste Comte.

Selanjutnya, teori strukturalisme fungsional dari Talcott Parsons, juga berhasil menghantarkan kita menerima globalisasi, yang lahir dari perkembangan teori-teori sosial terdahulu seperti teori modernisasi. Karakteristik dari teori globalisasi adalah mengikuti perkembangan negara barat, dengan pemahaman bahwa ide di luar dunia barat tak punya pilihan kecuali menyesuaikan diri dengan ide Barat.

Globalisasi teori yang dipahami sebagian besar para ekonom barat, adalah metode yang dipakai oleh lembaga-lembaga dunia seperti IMF sebagai pintuh masuk untuk menyebarkan sistem ekonomi pasar keseluruh dunia, yang meskipun itu gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun