Mohon tunggu...
Kapitha Indonesia
Kapitha Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Baik

Orang Baik dan suka menulis, mudah bergaul dengan siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Etis Snouck Hurgronje

7 Januari 2018   06:37 Diperbarui: 8 Januari 2018   04:11 2361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Reportase Global

Politik Etis tahun 1901 disebabkan bukan karena buku "Utang Budi" yang ditulis oleh  pejabat Belanda bernama  Van Deventer, yang mengemukakan bahwa bangsa Belanda berhutang kepada Hindia Belanda oleh keuntungan yang diperolehnya, tetapi sebenarnya politik Etis dijalankan untuk menaklukan secara besar-besaran umat islam di Hindia Belanda, oleh karena di tahun 1800-1900 terjadi kurang lebih 112 kali perlawanan terhadap pemerintah kolonial belanda,yang dipimpin oleh Kyai, guru tarekat dan ulama pesantren. Perlawanan itu kemduan diakui oleh Rafles.

Raffles mengakui bahwa setiap kyai di Jawa oleh penduduk di anggap sebagai orang suci, dan memiliki kekuatan gaib. Karena tingginya kehormatan yang dimiliki oleh para kyai itu dengan mudah mereka dapat membangkitkan gerakan pemberontakan, dan bilamana para kyai ini bekerjasama dengan para pemimpin rakyat yang menentang Belanda, maka kerjasama tersebut akan sangat membahayakan Belanda. (Dhofier, 1982)

Untuk menguragi frekuensi perlawaan pesantren terhadap kelonial, Belanda melalui saran Snouck Hurgronje kemudian menerapkan pendidikan moderan atau sekolah. Selain alasan mengurangi frekuensi perlawanan, tujuan didirikan sekolah oleh Belanda yaitu untuk memperluas pengaruh pemerintah kolonial Belanda dan menandingi pengaruh pesantren yang luas atas wilayah jajahan Belanda, sehingga dasar dari pemikiran Kolonial adalah bahwa sistem pendidikan Barat merupakan sarana yang paling baik untuk mengurangi dan mengalahkan Islam diwilayah jajahan Belanda.

 Hurgronje melihat bahwa kurun waktu sampai pada tahun 1890 jumlah pesantren bertambah, tetapi 20 tahun kemudian sekolah-sekolah tipe Belanda bisa menarik murid yang lebih banyak, karna itu menurut Snouck Hurgronje, masa depan penjajahan Belanda tergantung pada penyatuan wilayah tersebut dengan kebudayaan Belanda.  

Dampak lain dari politik Etis adalah terbukanya kesempatan yang semakin luas dikalangan pribumi untuk memperoleh pendidikan modern ala Belanda. Pada mulanya pendidikan belanda ini hanya diisi oleh golongan priyayi namun karena ada kebutuhan birokrasi yang semakin menigkat, maka banyak juga anak priyayi rendah dan bahkan orang biasa masuk dalam pendidikan Barat, artinya bahwa anak-anak muda lebih tertarik dengan pendidikan ala Belanda, sebab mereka mendapatkan doktrin bahwa pendidikan ala Barat mudah memperoleh pekerjaan pada sektor birokrasi dan perusahan modern.

Tidak hanya itu, mereka para lulusan pendidikan modern ala Belanda itu, ternyata diaggap ikut menggeser posisi Kyai yang sebelumnya sebagai kelompok inteligensia dan pemimpin-pemimpin di masyarakat. Sebagian dari mereka yang melewati proses didikan belanda kemudian melahirkan sebagian kelompok atau generasi yang dikenal sebagai Islam moderent, kelopok, menganggap bahwa Islam tradisional itu primitive dan penuh dengan takhayul.

Mengenal Snouck Hurgronje

Snouck Hurgronje lahir di Tholen, provinsi Oosterhout, 8 Februari 1857. Sebagaimana ayah dan kakeknya yang menjadi pendeta Protestan, Snouck melanjutkan pendidikan dalam bidang teologi. Namun sejak awal ia tertarik mempelajari Islam. Tamat sekolah menengah, ia pergi ke Universitas Leiden untuk menuntut ilmu teologi dan sastra Arab pada 1875. Lima tahun kemudian ia lulus dengan predikat cum laude dengan disertasi berjudul Het Mekkaansche Feest (Perayaan di Mekah).

Pada tahun 1884, Snouck yang fasih berbahasa Arab dan memahami seluk-beluk agama Islam berangkat ke Mekah untuk mendalami bahasa dan sastra Arab. Ia berhasil masuk dan diterima oleh komunitas ulama dan penguasa di kota suci yang berada di bawah perlindungan Kesultanan Turki Usmaniyah. Untuk merebut hati ulama Mekah, Snouck memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Gaffar.

Di Mekah pula Snouck Hurgronje untuk pertama kali mendengar cerita tentang Hindia Belanda. Ia bertemu dengan Habib Abdurrahman Az-Zahir, seorang Arab yang pernah dipercaya sebagai wakil pemerintahan oleh Sultan Aceh. Karena tergiur oleh iming-iming imbalan pembayaran pensiun seumur hidup yang ditawarkan Belanda, Az-Zahir lalu menawarkan informasi tentang Aceh kepada Snouck. Pertemuan Hurgronje dan Az-Zair,  disaat  pemerintah kolonial Hindia Belanda sedang kebingungan mencari cara memadamkan perlawanan rakyat Aceh. Bertepatan dengan itu, menarik Snouck untuk meneliti masyarakat Nusantara, khususnya suku-suku yang taat dalam menganut Islam. Dia mulai mempelajari politik kolonial dan upaya untuk memenangi pertempuran di Aceh.

Pada 1889, dia menginjakkan kaki di Pulau Jawa, dan mulai meneliti pranata Islam di masyarakat pribumi Hindia-Belanda. Selain di pulau Jawa Snouck Hurgronje juga ditugaskan khusus memata-matai Aceh,  sehingga Snouck Hurgronje disebut juga terlibat sebagai peletak dasar segala kebijakan kolonial Belanda menyangkut kepentingan umat Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun