Mohon tunggu...
Kapitha Indonesia
Kapitha Indonesia Mohon Tunggu... Editor - Baik

Orang Baik dan suka menulis, mudah bergaul dengan siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisi dan Kelas Terdidik Tanpa Visi Geopolitik dalam perspektif Hasyim Wahid

6 Januari 2018   20:08 Diperbarui: 6 Januari 2018   22:41 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Wikimedia

Setelah membaca beberapa tulisan Hasyim Wahid, beliau  yang dikenal sebagai pakar geopolitik Internasional  dan selalu hadir dalam peristiwa sejarah di tanah air. Menurutnya Politisi dan kelas terdidik Indonesia saat ini tidak memiliki visi geopolitik sama sekali.

Generasi muda saat ini mugkin tidak seperti para pendiri bangsa sebelumya yang punya visi geopolitik yang kuat dan jelas. Hatta adalah sosialis, tetapi tempatnya di PNI, Syahrir mengklaim dirinya sosialis tetapi sesungguhnya liberal, Sukarno nasionalis kiri agak pro ke Marx, sementara Tan Malaka itu startnya Marx tetapi menjadi nasionalis. Tetapi mereka semua memiliki visi gopolitik yang besar, sehingga bisa mencuri momen untuk mengangkat Indonesia di dunia internasional.

Dengan dasar kesadaran visi geopolitik yang dimiliki para pendiri bangsa, sehingga ketika Pasca Perang Dunia ke-I tahun 1916. Sekelompok orang-orang Indonesia yang tergabung dalam berbagai perhimpunan pemuda seperti Jong Celebes, Jong Java, dan sebagianya melihat ada celah bagi mereka untuk merumuskan dan mendeklarasikan kepada dunia tentang bangsa Indonesia (The Nation of Indonesia) pada tanggal 28 Oktober tahun 1928, yang sekarang kita rayakan dan dikenal dengan hari Sumpah pemuda.

Generasi setelah penggagas Sumpah Pemuda, sebagian dari mereka mengecap sekolah ke luar negeri, tetapi pikiran dan gagasan kritik mereka suda terbentuk jauh sebelumnya. Tan Malaka, Sukarno, Hatta. Syahrir dan tokoh-tokoh lainnya suda punya kesadaran geopolitik. Karena itu, tidak heran ketika tahun 1936 sebelum pecahnya Perang Dunia II, Sukarno dan kawan-kawanya suda memperkirakan akan terjadinya konflik di skala Internasional. Konflik itu dimulai pada tahun 1939 dengan aneksasi Cekoslowakia secara berpihak oleh Jerman yang mengakibatkan terjadinya eskalasi hingga meletusnya Perang Dunia II. Pereang ini telah membentuk poros AXIS antara Jerman, Itali, dan Jepang melawan sekutu Eropa yang kemudian di bantu Inggris. Setelah berakhir Perang Dunia II, dengan kekalahan di pihak AXIS dan kemudian Jepang di Bom atom, sebagai tanda selesai Perang Dunia II. Hanya dalam hitungan mingguan, para pemimpin bangsa Indonesia pada waktu itu berhasil mengumumkan atau mendeklarasikan kepada dunia internasional proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dari perjalanan sejarah  diatas dapat disimpulkan bahwa, ada dua konsesnsus negara yang dibuat oleh pemuda atau pendiri bangsa, yaitu di tahun 1928 dan tahun 1945, semua itu dapat  dilakukan dengan baik oleh karena mereka punya kesadaran visi geopolitik. Kesadaran geopoitik itu penting, sehingga pidato Sukarno dalam pembuakaan Lemhannas  pada April 1965, berbicara tentang pentingnya kesadaran geopolitik.

Perubahan konstalasi geopolitik dunia yang sering berubah setiap saat, yang artinya bahwa tanpa ada kesadaran visi geopolitik kita tidak mugkin bisa membaca perubahan yang terjadi, baik yang terjadi di tingkat global sampai- nasional.  Padahal di kurun waktu 2014-2019 sekarang, bangsa Indonesia sedang diperhadapkan dengan perubahan geopolitik atau lingkungan strategis yang terjadi pada skala global, regional serta nasional. Kita lihat pada lingkungan global terdapat ketidakpastian perekonomian, terutama menyangkut Krisis Eropa serta pemulihan ekonomi  Amerika Serikat. Perhatian politik juga bergeser ke Asia Pasifk, meskipun Amerika Serikat, Uni Eropa, serta Rusia masih menjadi aktor besarnya. Di kawasan regional, yaitu kebangkitan China dibidang ekonomi dan menjadi perhatian semua kalangan. Ketegangan di kawasan Laut China Selatan meningkat. Sementara itu, di lingkup nasional kita  diperhadapkan dengan pergantian kepemimpinan nasional.

Sekarang para politisi dan kelas terdidik Indonesia sepertinya tidak mempunyai visi geopolitik. Sehingga ketika terjadi pergeseran sistem dunia seperti sekarang, kita tidak sanggup mencuri moment untuk mengangkat Indonesia ke tataran yang lebih tinggi.  Semoga di hari yang bersejarah ini, menjadi hikmah bagi kita akan pentingnya membangun kembali kesadaran geopolitik seperti para pendiri bangsa terdahulu, yang bisa membawa bangsa dan negara ini sesuai dengan cita-cita nasional Indonesia.

Author : Sidra Sofyan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun