Al Alaq, surat yang pertama kali turun ke bumi. "Iqra" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Seperti itulah perintah Tuhan kepada hambanya, sehingga Muhammad SAW sebelum berdakwa terlebih dahulu harus berilmu. Ilmu yang dimaksud bisa diartikan seperti belajar, baik memaca dan menulis.
Didalam historis sejarah kebagsaan. Dalam kondisi dan situasi apapun, tokoh-tokoh proklamator seperti Sukarno tidak pernah berhenti untuk membaca dan menulis, begitupun Tan Malaka dan para tokoh-tokoh kemerdekaan lainnya.
Sukarno dan Tan Malaka tidak hanya dikenal sebagai pahlawan, tetapi juga sebagai penulis. Banyak tulisan mereka yang menghiasi buku sejarah Indonesia bahkan dunia.
Masih ingatkah kita, dengan salah satu karya dari Sukarno, buku yang berjudul Dibawah Bendera Revolusi, atau Tan Malaka dengan bukunya Dari Penjara ke Penjara atau Madilog, dan masih banyak lagi karya-karya lainnya.
Membaca buku dan menulis bukan budaya manusia zaman moderen atau zaman now. Kurang lebih 90% ilmu pengetahuannya bersumber dari Internet. Tidak hanya belajar masak, cara merakit bom pun kita jumpai di internet.
Kita tidak menyadari bahwa dampak negatif internet itu sangat besar, tidak hanya merusak diri setiap orang tetapi juga sebuah bangsa.
Coba lihat. lucunya, Hanya karena modal paket data 5.000 belajar di internet, keesokan harinya suda menjadi ustad. Menjadi ustad tidak perlu nyantri atau belajar di kiyai tetapi cukup belajar di Mbah Google.
Tidak hanya itu, dari Internet juga yang baik menjadi buruk sebaliknnya yang buruk bisah dicitrakan menjadi baik (Hoax) sesuai kepentingannya.
Ketika semua pengetahuan diharapkan dari Internet atau Google, lalu bagaimana kalau paket datanya habis atau karena hilangnya jaringan. Secara otomatis semua memori pengetahuan kita akan hilang sekejab. Tanpa disadari kita akan kembali lagi hidup di masa prasejarah, zaman manuska belum mengenal tulisan dan membaca.
Kembali lagi, bahwa melati diri belajar itu sangat penting. Belajar, tidak hanya membaca tetapi diiringi juga dengan menulis. orang yang tidak menulis, dia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah, seperti itu yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer.
Penulis : Sidra Sofyan