Mohon tunggu...
Sibro Mulis
Sibro Mulis Mohon Tunggu... -

think to do the best....!!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Konsep Ruh dalam Filsafat Yunani

23 April 2015   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

kelanjutan dari sebelumnya :-) :-D

Apakah sebenarnya yang disebut ruh atau akal sebagai kekuatan yang berada dibelakang otak dan menggerakan untuk membentuk kepribadian manusia? Filosof-filosof Yunani yang pertama dalam sejarah telah memikirkan hal ini. Bagi mereka adanya ruh disamping tidak menjadi persoalan. Bahwa ruh selalu ada sebagai unsur yang tidak dapat dipisahkan dari badan manusia yang hidup, hal itu telah menjadi kepercayaan mereka.

Hanya bagi mereka, ruh itu belum mempunyai sifat spritual, tetapi masih bersifat material, sebagaimana halnya dengan orang-orang primitif yang masih menganut kepercayaan animisme. Bagi Anaximenes (± 585 - ± 528 SM) ruh adalah udara yang halus sekali. Udara yang amat halus inilah yang memelihara kekuatan badan, badan akan hancur tentunya dengan perlahan-lahan.

Heraclitus (± 540 - ± 460 SM) berpendapat bahwa ruh manusia tersusun dari api yang halus sekal. Kualitas ruh itu bergantung pada keadaan api yang menjadi dasarnya. Bertambah kering api itu bertambah tinggi derajat ruh, dan bertambah basah api itu maka bertambah rendah pula derajat ruh itu. Ruh kosmos terdiri dari api halus yang sekering-keringnya dan oleh karena itu ruh yang sebersih-bersihnya.

Democritus (± 460 - ± 360 SM) mengatakan ruh tersususn dari atom yang sehalus-halusnya dan sebersih-bersihnya, berbentuk bundar dan licin, dan tersebar diseluruh badan manusia. Setelah manusia mati, atom-atom yang tersusun menjadi ruh itu bercerai-berai kembali dan bersebar diudara. Dengan demikian dalam terdapat atom-atom ruh dan suatu ketika berkumpul lagi menjadi ruh dalam tubuh manusia yang lain.

Plato (± 460 - ± 347 SM) bahwa ruh manusia tidak tersusun dari zat materi yang halus, melainkan  dari zat yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Dan Plato membagi wujud ini kepada alam materi dan alam idea ruh berasal dari alam idea dan sebagai idea bersifat kekal mungki tertarik pada hidup materi ruh meninggalkan alam idea sehingga masuk kedalam badan manusia yang berada dialam materi ini. Setelah masuk kedalam tubuh manusia, ruh menjadi dasar hidup bagi badan dan menjadi daya yang membuat badan bergerak. Setelah bersatu dengan badan maka ruh mempunyai tiga bagian: pertama bagian yang mempunyai nafsu keduniaan dan bertempat diperut, kedua bagian yang mempunyai sifat keberanian dan bertempat di dada, dan ketiga bagian rasional yang mempunyai fungsi berfikir dan bertempat di kepala.

Aristoteles (± 384 - ± 322 SM) berpendapat bahwa ruh terdapat tiga macam; ruh tumbuh-tumbuhan (vegetative soul), ruh binatang (animal soul), dan ruh manusia (human soul). Menurut Aristoteles bahwa benda-benda tersusun dari dua unsur yakni, materi dan bentuk. Maka pada diri manusia itu badan adalah materi dan bentuk adalah ruh manusia itu sendiri. Sehingga ruh adalah prinsip hidup dan kekuatan yang menggerakan badan. Masing-masing dari ketiga macam ruh tersebut mempunyai daya (kekuatan) tertentu. Ruh tumbuh-tumbuhan mempunyai daya makan dan berkembang biak, ruh binatang juga daya yang pada tumbuhan serta daya bergerak dan daya menangkap, sedangkan ruh manusia juga memiliki daya yang dimiliki binatang dan tumbuhan juga memiliki daya berfikir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun