Mohon tunggu...
Hendra Permana
Hendra Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Profesi Jurnalistik: Tantangan dan Harapan

6 Juli 2022   23:24 Diperbarui: 6 Juli 2022   23:47 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bicara industri media, tidak kalah menarik dengan produk atau berita yang dihasilkannya. Industri media jika dikupas akan menjadi sinetron Cinta Fitri, dengan series banyak dan berbagai adegan (kisah). Kita juga tahu bahwa media telah mengalami disrupsi dan konvergensi dari media cetak, media elektronik, menjadi ke media digital. 

Menurut Henry Jenkins (2006) konvergensi media terjadi karena perkembangan budaya masyarakat, dampaknya; sudah banyak pelaku media (khususnya media cetak) yang gulung tikar karena tidak mampu mengikuti perubahan yang begitu cepat dan lambat dalam berinovasi atau sekedar mencoba adaptif dengan keadaan.

Meskipun diterpa persoalan konvergensi media, nyatanya masih ada media-media (mainstream) yang bertahan, bertahan karena mengandalkan nama besarnya, bertahan karena mampu beradaptasi dan melakukan inovasi, disversifikasi, atau kegiatan lainnya. 

Namun sebenarnya apa yang menjadi persoalan industri media ini, apakah karena bentuk/ platform media yang berubah, kebijakan pemerintah yang kurang mengakomodir perkembangan media, atau kualitas pegiat jurnalistik (wartawan)?

Penulis berhasil mewawancarai seorang yang ahli dan berkecimpung di industri media. Adalah Sandy Ferdiana, seorang Wartawan Utama, aktif berkecimpung di industri media. 

Saat ini menjabat sebagai Redaktur dan Wakil Kepala Republika Jawa Barat, juga aktif sebagai Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat. Banyak informasi bermanfaat dari hasil wawancara kali ini, semoga para pembaca dapat mendapatkan hal serupa setelah membaca artikel ini.

Sandy mengatakan perkembangan industri media sejak 2010 sudah mulai mengalami disrupsi media, mulai dari cetak, elektronik, ke digital. 

Dari tahun itu pula, hamper semua media-media cetak membuat kanal/ portal berita online. Sebetulnya, dari tahun sebelum 2010 pun ada media cetak yang lebih dulu membuat portal berita online namun tidak digarap secara serius, termasuk Republika yang merupakan portal berita pertama, tepatnya di tahun 1993 sudah memiliki portal berita online. 

Salah satu faktor media-media banyak belum menganggap serius dengan portal berita online karena saat itu pangsa pasarnya belum ada. Begitu tersadarkan dengan disrupsi pada media, akhirnya para pelaku media mulai fokus memperkuat ekosistem media digitalnya. Tidak dipungkiri juga, pembaca media hari ini lebih banyak menggunakan media online ketimbang media cetak.

Persaingan pada Media Tingkat Nasional, Regional & Lokal

Terkait disrupsi media ini, persaingan di media nasional tidak seberat dan seketat media regional dan media lokal. Hal tersebut karena pelaku media nasional jumlahnya sedikit. Sedangkan media regional dan media lokal sangat banyak, hingga persaingan head to head pun semakin terasa berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun