Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Plan E Seorang Advokat

23 Oktober 2020   00:37 Diperbarui: 23 Oktober 2020   00:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sedikit saya akan membocorkan strategi apa yang saya siapkan dalam mengurus suatu perkara/kasus. Bahwa sebelum saya beraksi maka terlebih dahulu saya menyusun berbagai alternatif langkah penanganan/tindakan apa yang akan dijalankan nantinya. Istilahnya adalah Planning atau Plan. Yakni tak cukup Plan A atau B, tapi ada Plan C, Plan D dan Plan E. 

Plan A isinya adalah A, Plan B isinya adalah B, Plan C isinya adalah C,  dan Plan D isinya adalah D. 

Jelas kan?

Lalu Plan E? 

Ya, Plan E isinya adalah "terserah". 

Yang penting dan utama adalah bahwa penangan kasusnya akan saya jalani dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Masalah apa atau bagaimana langkah yang nantinya akan dilakukan adalah terserah Dia "yang di atas".  Saya serahkan segala urusan kepada Nya. Biarlah Ia yang nantinya akan menunjuki dan memberikan  jalan itu, serta pula Dialah yang nantinya akan memudahkannya. Begitulah falsafahnya.

Itulah Plan E.

Naahh... kini terbongkar sudah rahasia saya  sebagai Advokat. Tentang bagaimana konsep saya dalam menjalani profesi itu. Menjalani dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya, urusan selanjutnya saya kembalikan pada Nya.

Tak apa. Berbagi sesuatu yang berguna, yang membawa manfaat bagi orang lain itu baik kan?

Karena hal Planning ini tidak hanya diperlukan dalam kegiatan menjalankan profesi Advokat saja, tapi sangat diperlukan dalam semua hal,  berguna pada semua bidang kegiatan. Tak usah saya sebutkan. 

Ya, begitulah. Dalam prakteknya, saya lebih cenderung menggunakan Plan E, mengabaikan Plan-plan lainnya. Tidak berarti karena saya telah menempatkannya pada nomor urut terakhir maka saya terikat untuk menjalaninya di saat akhir, ketika sudah terlanjur gagal. Tidak. Tapi justru di awal. Pada langkah pertama saya langsung menerapkan Plan E,  insyaa Allah"tidak akan mentok", tidak akan menemui jalan buntu. Biarlah "Dia" yang akan memberikan jalan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun