Sebenarnya, hari ini saya tak mau lagi menulis, setidaknya tak mau lagi mengupas soal politik. Bukan karena pelik, pula bukan karena jijik, tapi 2 hari ini kan sedang masa tenang. Meski saya tak hendak turut memilih, tapi saya juga butuh ketenangan. Paling tidak, jangan sampai saya membikin tidak tenang mereka yang besok akan memilih atau dipilih cuma  gara-gara tulisan saya (Yai Baelah)  yang suka "menusuk", begitu kata sohib Arman Syarif.
Tapi, entah, tiba-tiba tadi saya terbaca, tulisan yang cukup menarik sekaligus mengusik. Tulisan seorang Kompasianer, Ryo Kusumo, salah satu kompasianer di sini. Baca: "Sexy Killers" dan Ajakan untuk GolputÂ
Tulisannya itu terus terang saya pandang menarik, meski saya baca sekilas dengan cara super cepat, tapi saya bisa, menangkap kalau beliau, sang penulis tadi adalah seorang yang cerdas, teliti, jeli, dan yang paling saya suka bahwa  terkesan beliau seorang pengamat yang orisinal. Maksudnya, pengungkapannya tampak tidak berpihak, tanpa membawa pesan salah satu pihak (yang bertarung dalam pemilu).  Layaknya Intelektual sejati. Ini yang saya suka.Â
Tapi, ada tapinya, sayangnya ada tapinya. Di akhir tulisannya, beliau menutup dengan beberapa baris kalimat  yang mau tak mau mengusik saya.Â
"Tidak memilih adalah langkah pengecut, tidak berani bertanggung jawab atas pilihan namun tetap mencari makan di negri ini,
Satu suara kita adalah penentuan nasib bangsa kita kedepan. Nasib anak cucu kita bergantung pada "jari ungu". Jangan Golput, gunakan hak suara kita, sebaik-baiknya."
Mengapa saya terusik dengan pernyataan dalam tulisan Ryo Kusumo tadi? Maklumlah, saya adalah peng-golput sejati,  golput Ideologis, golput yang lahir karena  alasan-alasan idealis. Karena latar idealisme ini maka seorang golput seperti saya mudah "tersingung", lalu terpancing ketika "namanya" disebut sebut yang terkesan menyudut, bahkan nyata tampak hendak menyulut.  Â
Tidak bermaksud bertengkar. Tidak sama sekali tidak. Tidak hendak untuk berdebat. Itu bukan Yai Baelah. Berdebat itu bukanlah watak seorang golputer "garis keras" seperti saya. Tidak. Sama sekali tidak. Tidak begitu. Â Â
Pula, saya tak hendak menyalah saudara Ryo Kusumo tadi.  Tulisannya juga tak salah, justru terarah sesuai tajuknya sendiri, "Sexi Killer" Dan Ajakan Golput". Jadi wajar, kalau di akhir tulisannya beliau menekankan soal golput tadi.Â
Tapi
Tidak memilih adalah langkah pengecut, tidak berani bertanggung jawab atas pilihan namun tetap mencari makan di negri ini
Ini. Kalimat ini yang mengusik saya tadi.
Ingin rasanya saya berpanjang lebar, menebar kata bersilat lidah membantah apa yang tadi beliau kata.