Peningkatan Transportasi Udara dan Laut di Bali Juli 2025: Dorongan bagi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bali sebagai destinasi wisata utama Indonesia  terus menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan yang mengesankan pasca-pandemi. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perkembangan transportasi udara dan laut pada Juli 2025 mencerminkan lonjakan aktivitas yang signifikan, terutama dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Juli 2024) atau awal tahun 2025. Peningkatan ini tidak hanya menandakan rebound sektor transportasi, tetapi juga menjadi katalisator bagi peningkatan jumlah wisatawan---baik mancanegara maupun domestik---yang pada akhirnya mendorong ekspansi ekonomi kreatif di pulau dewata. Dalam opini ini, kita akan mengupas data tersebut dan implikasinya terhadap ekonomi Bali yang semakin inovatif dan berkelanjutan.
Lonjakan di Sektor Transportasi Udara dan Laut
Pada Juni 2024 jumlah penerbangan internasional dari Bali mencapai 2.961 penerbangan, dengan kumulatif Januari-Juni mencapai 17.331 penerbangan internasional dan 16.773 domestik. Pada Agustus 2024, angkanya naik menjadi 3.187 penerbangan internasional, dengan kumulatif Januari-Agustus mencapai 23.712 internasional dan 23.075 domestik. Secara nasional, penumpang udara domestik pada Juli 2024 mencapai 6 juta orang, naik 11,04% dari Juni 2024, sementara internasional mencapai 1,6 juta orang, naik 1,36%. Mengingat Bali mendominasi lalu lintas udara internasional Indonesia (terutama melalui Bandara Ngurah Rai), dapat diperkirakan peningkatan serupa pada beberapa waktu kedepan, didukung oleh data wisatawan yang langsung berkorelasi.
Untuk transportasi laut, data Juni 2024 mencatat 8.230 kapal berangkat dari pelabuhan Bali dengan 480.977 penumpang, naik 2,84% dari Mei 2024. Pada Agustus 2024, angkanya naik menjadi 8.324 kapal dengan 554.950 penumpang, naik 7,79% dari Juli 2024. Secara nasional, penumpang laut domestik Juli 2024 mencapai 2,6 juta orang, naik 13,05% dari Juni 2024. Peningkatan ini kemungkinan berlanjut ke 2025, terutama melalui pelabuhan seperti Padangbai dan Gilimanuk yang menghubungkan Bali dengan Jawa dan pulau sekitar.
Peningkatan ini sekitar 10-15% year-on-year dari Juli 2024, sejalan dengan tren pemulihan global pasca-COVID. Faktor seperti libur musim panas internasional dan promosi pariwisata domestik menjadi pendorong utama.
Korelasi dengan Peningkatan Jumlah Wisatawan
Peningkatan transportasi ini langsung tercermin pada lonjakan wisatawan. Pada Juli 2025, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Bali mencapai 697.107 kunjungan, naik 9,29% dari bulan sebelumnya. Dibandingkan Juli 2024 yang hanya 625.665 kunjungan, ini berarti peningkatan sekitar 11,4%. Sementara itu, wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 2,29 juta perjalanan, naik 31,96%---mungkin dari Juli 2024. Secara nasional, kunjungan wisman Juli 2025 mencapai 1,48 juta, dengan Bali sebagai primadona. Dibandingkan awal tahun (misalnya Januari 2025), di mana angka wisman lebih rendah, Juli menandai puncak musim tinggi. Peningkatan ini tidak hanya membebani infrastruktur tapi juga membuka peluang ekonomi baru.
Dampak Positif terhadap Ekonomi Kreatif
Peningkatan transportasi dan wisatawan ini menjadi booster bagi ekonomi kreatif (ekonomi kreatif) Bali. Pada triwulan II-2025, ekonomi Bali tumbuh 5,95%, dengan sektor akomodasi dan makanan-minuman sebagai penyumbang utama. Ekonomi kreatif termasuk seni, fashion, dan kuliner berbasis budaya, diproyeksikan tumbuh dengan ekspor naik 5,96%, penyerapan tenaga kerja 27,66 juta orang dan peningkatan investasi. Inisiatif seperti Bali Fashion Parade 2025 dan landmark Hirono oleh Pop Mart mendorong ekonomi kreatif berbasis local dengan fokus pada penguatan pariwisata dan investasi.
Peningkatan ini adalah kesempatan emas untuk Bali beralih ke model ekonomi berkelanjutan. Dengan lebih banyak wisatawan, pelaku ekonomi kreatif seperti pengrajin, desainer, dan UMKM kuliner bisa ekspansi pasar. Namun, tantangannya adalah menjaga keseimbangan lingkungan---jangan sampai lonjakan transportasi menyebabkan over-tourism. Pemerintah Bali melalui rencana aksi ekonomi kreatif harus prioritaskan pelatihan digital dan akses pasar untuk pelaku lokal, sehingga pertumbuhan ini inklusif. Secara keseluruhan data BPS ini membuktikan Bali bukan hanya pulau wisata, tapi pusat ekonomi kreatif yang dinamis dan siap bersaing secara global secara konsisten di tahun yang akan datang.