Mohon tunggu...
Rachmat Ariyanto
Rachmat Ariyanto Mohon Tunggu... Politisi - Tidak Hitam Putih

Kepala BPPM-DA Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol Kemana?

18 Maret 2016   04:19 Diperbarui: 18 Maret 2016   04:25 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jelang pilkada DKI 2017 nanti cuaca politik makin panas. Panasnya cuaca ini dipicu oleh prilaku para politisi terutama yang menyatakan diri akan ikut bertarung dalam pilkada nanti. Ragam hal yang dilakukan, macem gaya komunikasi yang disampaikan, macem macem dah. Masyarakatpun secara perlahan tapi pasti terkristal kedalam golongan yang mendukung atau menolak. Prediksi Mamat partisipasi masyarakat ke depan bakalan tinggi, baik menjelang pilkada maupun hari H pada saat pencoblosan.

Terlalu dini mungkin jika mengkotakkan pilihan masyarakat pada 2 bandul, tapi gapapa deh, namanya juga opini. Bandul pertama yaitu yang mendukung incumbent, dukungan yang diberikan karena sang Gubernur dirasa sebagai orang yang tepat dalam mengemban amanah sehingga layak untuk kembali dipercaya melanjutkan kepemimpinannya di DKI. Dipihak yang lain tentu saja menolaknya. Alasannya juga pasti macem-macem.

Topik yang paling hangat yang Mamat mau bahas adalah massifnya gerakan incumbent, yang hingga saat ini menyatakan akan maju melalui jalur independen / perseorangan. Massif diudara melalui pernyataan-pernyataan dan gerakan-gerakan di media, didarat melalui kegiatan “Teman Ahok” dalam upaya mengumpulkan dukungan melalui pengumpulan KTP dan surat dukungan. Atau yang terbaru lahirnya relawan Ahok lainnya yaitu BATMAN yang fokus mengkampanyekan keberhasilan-keberhasilan Ahok selama memimpin Ibu Kota. Dalam kata lain bahwa kegiatan politik telah dilakukan oleh seluruh instrumen pihak incumbent.

Pertanyaan selajutnya adalah bagaimana dengan Partai Politik. Sebagai sebuah pilar demokrasi dimana salah satu tujuan berdirinya adalah rekruitmen jabatan-jabatan politik mengapa ada kesan diam dan menunggu. Seandainyapun ada kegiatan hanya berlangsung pada ruang-ruang privat pimpinan partai baik ditingkat pusat maupun daerah. Parpol terkesan melakukan proses pembiaran kepada para kandidat untuk bergerak sesuai dengan kemapuannya dan keyakinannya masing-masing.

Menurut Mamat ini kurang bener. Harusnya Parpol juga sudah mulai bergerak juga. Kan parpol punya DPC, PAC, Ranting sampe anak ranting yang bisa mulai digerakkan dari sekarang paling tidak untuk dibekali dengan berbagai persiapan menjelang pilkada nanti. Jangan dengan alasan menunggu hasil survey dari lembaga survey atau menunggu proses komunikasi politik baru deh kemudian instruksi ini instruksi itu. Apa lagi kalau alasannya waktunya masih lama, cilaka dah.

Namanya Partai Politik, jadi berpartai untuk urusan politik. Salah satu urusan politik itu ya pilkada, sebuah momentum untuk meraih kekuasaan. Kekuasaan yang nantinya bakal digunakan sebagai kolaborasi antara kepentingan masyarakat dengan ideologi partai untuk memberikan kebaikan hidup bagi masyarakat sekaligus menjaga keutuhan kehidupan berbangsa dna bernegara.

Pilihan politik Ahok dan gerakan “Teman Ahok” suka atau tidak suka berpotensi melahirkan stigma negatif tentang keberadaan partai politik. Seolah-olah parpol tidak jalan bareng dengan masyarakat, bahkan bisa berlawanan. Mamat ga heran kalau nanti pada ujungnya Ahok tetep pake jalur perseorangan akan ada isu Koalisi Parpol VS Koalisi Rakyat. Padahalkan parpol isinya rakyat juga, besar karena rakyat juga dan bakalan hancur karena rakyat juga.

Jadi parpol terutama dijajaran pimpinan harus, wajib, kudu, mesti  jawab semua kegalauan masyarakat tentang kehadiran parpol. Gerakan mesin partai untuk melihat fenomena dan pandangan politik masyarakat, berdayakan mesin partai sebagai kanal untuk menjawab buat apa ada parpol. Dan momentumnya sedang tepat, karena ada seorang Basuki Tjahaya Purnama yang memberi kesan tanpa Partai Politik pun kita bisa mengisi ruang-ruang jabatan struktural di Republik ini.

Kalo kata Hannah Arendt aksi politik itu merupakan “aksi bersama”, Mamat sepakat. Dan kebersamaan aksi itu sekarang diambil full oleh Ahok ma temen-temennya. Oleh karenanya Mamat mendorong kepada Parpol (Demokrat khusunya dan partai lain umumnya). Untuk segera mengambil sikap melalui pemberdayaan mesin partai. Jangan sampai tuding-tudingan miring dan pandangan buruk masyarakat tentang parpol menjadi sebuah tontonan yang nyata. Kalau menganggap incumbent masih layak ya dukung, bantuin. Tapi kalau tidak ya cariin lawan tandingnya, bantuin juga kerja politiknya.

Menurut Mamat, gaya dan sikap politik pak Ahok ini harus direspon  dengan cerdas oleh masing-masing parpol, tidak bisa pakai gaya-gaya kovensional yang selama ini berlangsung. Pilkada kedepan tujuanya tidak sekedar mencari kekuasaan dan kemenangan kandidat parpol tertentu, tapi melampaui itu, ia akan menjadi jawaban atas pertanyaan sistem ketata-negaraan kita. Apakah sesungguh partai politik itu dan bagaimana seharusnya ia bekerja memenuhi seluruh tanggungjawab dan cita-cita luhur keberadaan sebuah Partai Politik.

 

HORMAT MAMAT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun