Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menelaah Agresivitas Verbal Fadli Zon

11 Februari 2019   02:42 Diperbarui: 11 Februari 2019   08:50 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon |Kompas.com/Nabilla Tashandra

Tentu saja definisi oposisi pop di atas sangat dipengaruhi oleh kajian studi budaya yang sering disebut budaya populer (pop culture). Stuart Hall dan Douglas Kellner melihat budaya pop sebagai perhatian komunikasi terhadap realitas simbolik, teks, dan perilaku modern dalam ruang pemaknaan seperti melek media dan teknologi.

Jadi, kita yang sering mengakses jejaring sosial lewat gawai pintar, sejatinya telah menjadi bagian dari budaya populer itu sendiri. Apa pasal? karena kepercayaan kita terhadap lembaga politik formal kian menurun dan merasa penting menyuarakan protes-protes itu lewat media yang bebas dominasi seperti media sosial.

Hanya saja, ada sedikit kelemahan, dimana oposisi pop pun akhirnya kudu menempuh jalur-jalur pelembagaan demi keabsahan konstitusional. Misalnya, dulu gerakan demo 411 yang bermula dari riuhnya protes keadilan lewat jejaring sosial akan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok, akhirnya harus diserahkan ke meja hukum. Massa virtual yang tumpah ruah di Jalan Medan Merdeka waktu itu, tak bisa berbuat lebih kecuali menanti proses hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun