Ajaran Islam dibangun dari tiga landasan: akidah, syari'at, dan akhlak. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan meskipun dapat dibedakan. Ajaran Islam tersebut secara lengkap tercermin pada pribadi Nabi Muhammad SAW. yang merupakan figur sentral yang menjadi teladan yang baik bagi kehidupan umat Islam. Ketiga bagian itu ditegaskan pada hadist riwayat Al-Bukhori dan Muslim.
 : ( ) . ( ) . ( ) ( )
"Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Sesungguhnya Rasulullah saw pada suatu hari berada di tengah-tengah manusia, ketika itu seorang laki-laki berjalan (menuju beliau lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau), "Apakah iman itu? Laki-laki itu menjawab, "Iman adalah engkau meyakini Allah, para malaikat dan perjumpaan dengan-Nya, meyakini para rasul dan engkau beriman kepada kebangkitan". Lalu laki-laki itu bertanya, wahai Rasulullah saw., "Apakah Islam itu? Laki-laki itu menjawab, "engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, melaksanakan shalat, membayarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa Ramadhan".
Lalu laki-laki itu bertanya, "Apakah ihsn itu? Laki-laki itu menjawab, "engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak sanggup melihat-Nya, karena Dia senantiasa melihat kamu". Rasulullah saw bersabda: "Inilah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia". (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Iman yang disebut dalam hadist Nabi Muhammad SAW. kemudian oleh para ulama dinamakan 'aqidah. 'Aqidah berarti kepercayaan yang dianut oleh orang-orang yang beragama atau tali yang mengokohkan hubungan manusia dengan Tuhan. Â Sementara itu, yang dimaksud dengan istilah Islam dalam hadist Nabi Muhammad SAW. adalah syariat. Istilah syari'at berarti apa yang turunkan Allah kepada para Rasul-Nya meliputi akidah dan hukum-hukum, sedangkan secara khusus syariat berarti hukum Islam.
Bagian ketiga dari trilogi ajaran Islam adalah ihsan (al-ihsan) yang merupakan akhlak terpuji, (al-akhlaq al-mahmudah), baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada sesama makhluk-Nya. Selain itu, dapat ditarik kesimpulan juga bahwa untuk mencapai kualitas ihsan diperlukan perjuangan, usaha, dan proses untuk membeningkan rasa dan ruhani. Aktivitas kaum Muslimin dalam memperjuangkan kesucian hati, kedekatan dengan Allah, dan merasakan kehadiran-Nya setiap waktu sejak awal abad ke-2 Hijrah dinamakan tasawwuf.
Seorang Muslim tidak cukup hanya bertauhid dan menjalankan syariat secara formal. Akan tetapi, dia juga harus berusaha memadukan diantara tiga komponen berikut secara simponi, yaitu kemantapan akidah, kepatuhan menjalankan syariat, dan kekokohan akhlak. Kualitas hidup seorang muslim ditentukan oleh keterpaduan tiga aspek tersebut secara harmonis. Pertama, jiwa yang ditempa dengan keyakinan Islam yang militant. Kedua, suasana batin yang menerima syariat Islam dengan sepenuh hati yang dipantulkan dengan kesadaran dan kepatuhan menjalankannya dalam kehidupan ini. Ketiga, integritas akhlak yang teruji secara empiris dalam realitas hidup yang penuh dinamika.
Selain itu untuk mengembangkan diri menjadi kepribadian Muslim yang baik harus memiliki komponen dasar, diantaranya:
- Akidah yang benar
- Model ideal yang menjadi teladan yang baik
- Kapasitas diri untuk menjadi manusia pembelajar yang mencintai dan menerapkan ilmu dalam kehidupannya
- Ketekunan beribadah yang menjadikan dirinya senantiasa membutuhkan Allah SWT.
- Semangat berjihad yang mendorong seseorang untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita ideal dalam hidupnya.
Dalam paparan diatas, dapat diambil suatu penegasan bahwa akidah, syari'at dan akhlak merupakan trilogi ajaran Islam yang sangat penting untuk dipelajari. Ketiganya merupakan unsur pokok dalam membentuk kepribadian atau karakter Muslim. Ketiganya tidak cukup hanya diketahui, tetapi juga harus dipelajari secara mendalam, dipahami dengan baik, dan diperjuangkan dengan sunguh-sunguh agar menjadi bagian dari diri kita sehingga menjadi Muslim yang memiliki integritas, bukan Muslim yang hanya nama, tetapi Muslim yang mengharumkan nama Islam dan memberikan kontribusi yang nyata bagi penguatan karakter bangsa.
Penulis : Shintia Rahayu Safitri, Prof Asep Usman Ismail
