Mohon tunggu...
shindy selina
shindy selina Mohon Tunggu... Lainnya - shindyselinaa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korean Wave Drama Korea dalam Budaya Popular

3 Januari 2022   12:59 Diperbarui: 3 Januari 2022   13:01 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film korea (tangkapan layar)

Perkembangan industri hiburan di Korea saat ini sudah sangat maju dan berkembang. Terbukti dari gelombang Korean Wave yang saat ini terus tersebar ke seluruh dunia. Akibatnya negara Korea semakin di kenal di dunia. Budaya, pakaian, makanan, dan apa saja tentang Korea cepat sekali menjadi trend yang sangat di gemari di dunia. alah satu pengaruh penting dari Korean Wave adalah melalui Drama Korea. Jauh sebelum fashion dan musik, Drama Korea telah berhasil mengambil hati banyak orang di dunia. Drama Korea telah berhasi lebih dahulu mendunia baik di Asia maupun di Amerika. Drama Korea dalah kisah pendek yang orang dapat menonton selama dua sampai tiga jam saja dalam sehari. Drama televisi Korea banyak didasarkan pada cerita romantis, fakta sejarah yang menggambarkan kisah-kisah nyata dari masa lalu, thriller, drama keluarga, dan komedi, serta drama yang menggabungkan dari satu atau lebih kategori. Dengan bakat yang baik serta penampilan yang menawan, para artis Korea telah mampu mengangkat perkembangan industri hiburan Korea, khususnya melalui drama dan film.

 Korean Wave sendiri menjadi soft power Korea Selatan melalui budaya populernya yang diekspor ke berbagai negara dalam bentuk K-Drama, K-Pop, K-Style, kuliner dan teknologi. Melalui nilai-nilai yang terdapat dalam pembuatan budaya populer, terutama drama, Korea memadukan unsur modern dalam hal ini teknologi dengan tradisi dan nilai-nilai kekeluargaan. Korean wave di Indonesia sendiri ditandai dengan maraknya kemunculan kuliner khas Korea, sinetron adaptasi cerita K-Drama, fashion khas Korea, hingga tujuan wisata tempat pembuatan K-Drama. Melalui analisis data-data serial TV Korea yang tayang di Indonesia, penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan K-Drama sebagai pemicu dari munculnya Korean wave, perkembangan K-Drama di Indonesiahingga dampak yang ditimbulkan dari K-Drama seperti kemunculan eksistensi produk budaya pop Korea lainnya, yaitu K-Pop dan K-Style di Indonesia. K-Drama memiliki peranan yang cukup penting atas Korean wave di Indonesia. Di mana hal-hal tersebut dapat terlihat pada dampak K-Drama di Indonesia, seperti kemunculan komunitas-komunitas pecinta K-Drama, hadirnya situs dari Indonesia yang menyajikan informasi seputar Korea, bahkan hingga maraknya acara-acara yang mengundang aktor, penyanyi, idola-idola Korea ke Indonesia.

 Budaya pop adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat. Masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global. Orang-orang bersifat konsumtif hanya untuk mengikuti trend budaya pop itu. Budaya pop ini mendorong orang untuk up to date agar tak ketinggalan jaman. Sehingga setiap orang berbagi satu kesamaan penting yakni, mereka semua seragam dalam penggunaan simbolsimbol modernitas. Keberadaan budaya pop dari negara-negara maju ini, dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan asli negara-negara berkembang sebagai penerimanya.

Drama Korea menjadi program reguler di televisi Thailand dan Myanmar, aktor dan aktris Korea menjadi selebriti nasional yang diidolakan di Vietnam, Korea menjadi destinasi utama liburan orang Singapura, dan permainan online yang diekspor dari Korea menjadi permainan yang sensasional di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Pertumbuhan budaya Korea ini tidak lepas dari intervensi kebijakan budaya pemerintah Korea di tahun 1980-an untuk memajukan perekonomian dalam sistem politik otoritarian. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan signifikan dengan tujuan pembelanjaan negara pada kegiatan yang telah ditentukan. Sayangnya pada era ini Korea membatasi secara ketat industri perfilman yang notabene merupakan salah satu pilar kebudayaan. Ketika kebutuhan akan demokrasi semakin mendesak di tahun 1987, terdapat perubahan signifikan terhadap kebebasan berekspresi bagi para pembuat film.

Film Korea Tahun 2002-2006 Perkembangan film juga diiringi dengan perkembangan industri pertelevisian, melalui pembuatan serial drama yang kini menjadi ekspor terbesar sistem penyiaran di Korea. Perkembangan industri ini dipicu oleh kompetisi ketat di antara jaringan pertelevisian untuk mencapai rating tertinggi. Destinasi Ekspor Program Televisi Korea Tahun 2005-2010 Budaya pop Korea yang mampu melakukan penetrasi aktif secara global lainnya adalah musik, yang dikenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop). Jenis musik yang diusung adalah elektronik, elektro pop, hip-hop, R&B, balada, rock, dan pop yang ditampilkan dengan tarian dan dinyanyikan dalam bahasa Korea oleh orang Korea sendiri. Perkembangan musik Korea sebagai industri independen dimulai di awal 1990-an, setelah sebelumnya digabung dengan industri pertelevisian. Industri musik kemudian memanfaatkan pertelevisian dengan menyiarkan konser musik, video klip, berita pembuatan album musik, wawancara penyanyi, dan sebagainya untuk meningkatkan popularitas musik Korea.

Budaya pop adalah budaya yang berasal dari “rakyat”. Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat”. Budaya pop seperti halnya budaya daerah merupakan budaya dari rakyat untuk rakyat. (Storey, 1993: 17-18) Budaya popular Perkembangan industri budaya itu dapat dilihat dari berbagai produk yang dihasilkan oleh budaya populer (popular culture). Konsep budaya populer itu ternyata sangat beraneka ragam, seperti yang dapat dirumuskan berikut ini.Pertama, budaya pop dapat dipahami sebagai kultur yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, serta semua hal yang disukai oleh rakyat. Budaya populer dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa.

Serial drama yang kini menjadi ekspor terbesar sistem penyiaran di Korea. Perkembangan industri ini dipicu oleh kompetisi ketat di antara jaringan pertelevisian untuk mencapai rating tertinggi. Mayoritas drama yang disiarkan adalah yang berbasis pada historis dan romantisme sehingga cocok untuk dikonsumsi penonton dari berbagai lapisan. Media cetak yang meliputi koran dan majalah, hingga sistem televisi yang berdiri di pusat budaya media. Dalam penyebaran buaya dan kini semakin digemari di kalangan penonton, para penonton merasa bahwa menonton drama Korea adalah suatu kebutuhan,dengan menggunakan media televisi, sehingga hal ini membuat stasiun televisi yang mampu memiliki peran yang penting dalam kebutuhan mereka Hal ini tentu membuat stasiun televisi tersebut semakin mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga semakin besar kemungkinan bahwa media dan pesan yang mereka produksi memiliki efek terhadap penonton.

Fenomena K-Pop ini jika dianalisis melalui pandangan cultural studies, fenomena ini tidak hanya sekedar dipahami adalah fenomena musik pop yang sedang hit saat ini saja, akan tetapi dibalik musik korea itu ada kepentingan politik di baliknya. Kepentingan politik itu adalah strategi soft counter culture yang dilakukan oleh pemerintah korea, para kaum komoditas yang berada di korea dan bekerjasama dengan kaum komoditas yang ada di Indonesia. Soft Counter Culture adalah strategi penjajahan secara halus melalui budaya. Sekarang kita coba melihat lebih dalam lagi keuntungan yang diperoleh bagin kaum komoditas dan efek apa yang terjadi pada masyarakat akan fenomena budaya pop yaitu korean pop ini. Keuntungan dari munculnya fenomena ini. Dengan hegemoni yang begitu besar masyarakat Indonesia atas korean pop ini para kaum komoditas memperoleh keunungan yang besar. Keuntungan itu adalah perluasan jajahan musik, drama korea di beberapa negara bertambah, pengadaan konser artis-artis korea yang datang ke Indonesia, penjualan tiket konser yang mencapai 1 juta per tiketnya dikalikan berapa ribu tiket yang habis di jual, penjualan CD atau DVD lagu maupun drama dan reality show korea, penjualan aksesoris yang biasa dipakai artis korea dan itu menjadi trendsetter para fans yang ada di Indonesia, munculnya gaya fashion baru khas korea, penjualan kosmetik dari korea, dan masih banyak lagi keuntungan yang bisa dihasilkan dari satu fenomena budaya yang ada.

Daftar Pustaka :

Storey, John. 2006. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra anggota

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun