Mohon tunggu...
Kak Ash
Kak Ash Mohon Tunggu... Freelancer - Your soul sister.

Feminist. Science Enthusiast. Time Traveler. Penikmat sajak dan punya ketertarikan khusus terhadap kopi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jakarta hari ini dan masa kelam zaman Divide et impera?

23 Maret 2016   03:37 Diperbarui: 23 Maret 2016   09:07 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="liputan6.com"][/caption]

Hari ini, 23 Maret 2016. Jakarta riuh... terlalu banyak masalah di ibu kota negara ini, masalahnya banyak, salah satunya adalah karena jakarta sudah terlalu sesak, tetapi tidak pula menyurutkan euphoria urbanisasi, jakarta semakin porak-poranda.

Headline News hari ini semuanya berisi berita kekerasan, anarkisme, dan selentingan gossip artis ibu kota yang belakangan jadi ramai karena salah ucap, lalu masih pantaskah kita bicara soal moral hari ini? hati rakyat yang bergejolak, mereka butuh pamong yang sanggup mengemong, bukan yang tertawa dalam penderitaan rakyatnya, tertawa karena mereka pintar dan rakyatnya bodoh. Kami yang berada diluar kota menjadi penonton abadi dari denyut kota jakarta.

Siang tadi, di salah satu stasiun tv pak wakil presiden tampil dengan sangat santainya, tanggapannya pun biasa saja, seolah menyiratkan biasa kalau ada demonstrasi begitu, biasa saja kalau ada yang bentrok, biasa saja kalau jalanan jadi macet, biasa saja kalau wanita dan anak-anak jadi ketakutan karena para ayah mereka ikut demo atau tidak ikut demo namun menjadi korban anarkisnya demo, semua itu sudah biasa, pemerintah akan segera menyelesaikannya, pro dan kontra pun akan segera berakhir. Jakarta menjadi kota yang penuh gairah kembali.

Kemudian, selalu terfikir dibenak saya apakah tidak ada cara lain selain demonstrasi? demonstrasi tanpa anarkisme? Para pejuang hak sipil (demonstran) ini perlu sosok pemimpin yang tidak hanya pandai dalam orasi , tetapi juga pandai dalam pengendalian masa, melakukan pemberontakan tanpa kekerasan, seperti Mahatma Gandhi, seperti Martin luther King jr.

Akan tetapi jakarta hari ini telah banyak memberikan kita pelajaran, bahwa kebodohan dan kemiskinan itu satu paket, orang menjadi miskin karena kebodohan mereka dalam mengambil sikap atau keputusan, dan orang yang bodoh dekat dengan kemiskinan apalagi jika itu menyangkut urusan perut, tidak perlu pintar asal kenyang itu sudah cukup.

Si kaum kecil yang kerap salah langkah, seringkali dijadikan bahan lelucon oleh mereka yang lebih besar, dijadikan tumbal, diadu domba, menjadi objek untuk dianiyaya. Berita-berita yang tersebar luas di media sosial hari ini dengan tagline "Rakyat vs Rakyat" sangatlah mengerikan, seolah mengingatkan kita pada "Divide et impera" zaman kolonial belanda dulu, bagaimana bangsa kita begitu sulit untuk merdeka pada saat itu, karena politik adu domba belanda. Sesama bangsa indonesia, sesama orang pribumi, kita saling tuduh, saling bunuh, saling benci, dibuat menjadi bodoh, dibuat kelaparan, dan ketergantungan. Semakin nyata jika melihat kondisi masyarakat kita sekarang, bahwa sebenarnya mental-mental terjajah tidak pernah pergi meninggalkan kita, sifatnya melekat.

Di negara yang konon katanya memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah ini, 20juta lebih rakyatnya hidup miskin. Dan yang kaya belum tentu merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun