Mohon tunggu...
Nurry Savitri
Nurry Savitri Mohon Tunggu... Just a mom

Penikmat Kopi, Penyuka Sastra

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Dan Kita: Perbaiki Kesalahan Berbahasa Mulai Dari Kita

25 September 2012   08:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan komunikasi sangat berpengaruh pada pola hidup masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan komunikasi tersebut memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam berbagai hal terutama dalam kegiatan komunikasi. Dahulu, ketika seseorang ingin berkomunikasi dengan teman atau saudaranya yang berada di luar kota mereka harus bersusah payah menulis surat kemudian mengirimkan surat tersebut di kantor pos. Dalam jangka waktu minimal 3 hari surat tersebut baru akan sampai di tempat tujuan. Bayangkan berapa banyak biaya dan waktu yang mereka perlukan untuk mengirim sebuah informasi. Maka dari itu orang-orang pada zaman dahulu, jika tidak dalam keadaan yang sangat mendesak, mereka jarang sekali berkomunikasi dengan saudara atau teman yang berada jauh di luar kota. Tetapi sekarang masyarakat tidak perlu repot menulis surat kemudian mengirimkannya ke kantor pos. Semua permasalahan masyarakat sudah dijawab dengan alat komunikasi canggih yang disebut handphone.

Saat ini banyak sekali merk handphone yang beredar di pasaran Indonesia. Dari yang harganya seratus ribuan sampai yang berharga puluhan juta kini bisa dengan mudah didapatkan. Bukan hanya itu, fitur-fitur yang ditawarkan dalam handphone tersebut juga sangat bervariatif. Ada handphone yang memiliki fitur internet, chatting, video calling, dan sebagainya. Tetapi dari kebanyakan jenis handphone yang dijual dipasaran Indonesia fitur yang mutlak ada adalah fitur untuk mengirim pesan singkat atau SMS (Short Message Service). Apapun merk dan tipe handphone, fitur yang satu ini pasti tidak akan pernah terlupakan.

Kemudahan yang ditawarkan dalam SMS memberikan manfaat tersendiri bagi para penggunanya. Bukan hanya itu, banyaknya provider kartu sellular yang saling berlomba mengklaim dirinya sebagai kartu sellular yang paling murah juga memberikan dampak positif bagi para pengguna handphone. Kini hanya dengan biaya dua ratus rupiah perhari mereka dapat ber-SMS ria seharian penuh dengan siapapun dan dimanapun. Namun, dibalik semua kemudahan yang ditawarkan oleh SMS pernahkah kita berpikir tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh SMS?

Perusakan bahasa Indonesia

Sebenarnya jika diteliti dengan seksama, kemudahan yang diberikan oleh SMS ternyata membawa pengaruh yang negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia. Jika SMS dikaitkan dengan wacana kebahasaan ternyata bahasa SMS telah merusak citra bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa SMS telah melanggar kaidah penulisan yang tercantum dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bahkan bahasa SMS sangat banyak ragamnya sehingga semakin memperparah kerusakan bahasa Indonesia. Padahal bangsa Indonesia sedang menggalakkan pemberantasan tuna aksara (buta huruf).

Perusakan bahasa Indonesia tersebut dikarenakan bahasa yang digunakan dalam SMS biasanya ambigu dan banyak terdapat singkatan. Misalnya saja dalam SMS berikut:

Km mo kmn?aq ikt dunx

Bahasa yang tertulis dalam SMS tersebut merupakan contoh bahasa Indonesia yang sangat tidak baku. Dalam bahasa Indonesia yang baku seharusnya tertulis “kamu akan perrgi kemana? Aku boleh ikut?”

Meskipun maksudnya mudah dipahami oleh siapapun tetapi bahasa dalam SMS tersebut lama kelamaan akan merusak citra kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam penulisan bahasa tersebut banyak huruf yang tertinggal dan sangat jauh dari syarat sebuah kalimat efektif yang mungkin juga membuat sebuah kalimat menjadi ambigu. Ambigu adalah salah satu ciri dari kalimat yang tidak efektif.

Kesalahan berbahasa Indonesia kita dapatkan dalam pemakaian bahasa yang ambiguitas, sering kita temukan pada penggunaan bahasa layanan SMS. Ambiguitas artinya bahasa yang bermakna ganda, yang dapat membingungkan pembaca karena multi tafsir. Seperti bahasa yang sering digunakan oleh pengguna handphone ketika menulis SMS.
Ambigu tidak sama dengan konotasi atau makna sampingan. Lazim disebut dengan makna kias, karena makna kias lebih menyarankan pada pengertian bahasa figuratif atau gaya bahasa. Walaupun demikian, ambiguitas dan konotasi keduanya dilarang keras pemakaiannya dalam bahasa karya ilmiah. Sedangkan bahasa yang bermakna konotasi hanya dibolehkan pemakaiannya dalam karya sastra seperti novel, cerpen, dan puisi. Kadang-kadang juga digunakan dalam bahasa jurnalis dan feature untuk menarik perhatian dan membuat pembaca penasaran.

Contoh kalimat ambigu antara lain: Kucing makan tikus mati. Dalam kalimat itersebut siapa yang mati ? Tikus atau kucing? Kita dapat memperbaikinya dengan memberikan tanda koma (,) pada posisi berikut: a) Kucing, makan tikus mati. Kalimat tersebut berarti ada seekor kucing yang makan tikus sudah mati, b) Kucing makan, tikus mati. Berarti kucing dan tikus tidak saling berinteraksi, tetapi bersifat individualistis, c) Kucing makan tikus, mati. Berarti seekor kucing setelah makan tikus, kucing ini mati. Disebabkan oleh asumsi bahwa tikus mati yang dimakan oleh kucing, sebelum mati kucing telah memakan racun berbahaya.

Upaya Menyelamatkan Bahasa Indonesia

Saat ini memang perusakan bahasa Indonesia tidak begitu terasa. Tapi bayangkan 10 tahun yang akan datang, ketika para generasi muda lahir. Mereka tidak akan mengenali bagaimana kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena mereka mewarisi secara turun temurun penulisan bahasa Indonesia yang salah. Mereka akan begitu saja menerima apa bahasa Indonesia seperti apa adanya.

Misalnya seperti contoh diatas, kata ‘kamu’ ditulis ‘km’ dan kata ‘aku’ ditulis ‘aq’. Jika dari sekarang orang-orang selalu menulis kata-kata tersebut dengan kaidah yang salah. Lama kelamaan kaidah bahasa Indonesia yang benar akan punah. Akibatnya bahasa Indonesia di masa depan berubah. Kita akan kesulitan memahami Bahasa Indonesia saat ini. Kita tidak faham lagi catatan-catatan bersejarah dan sastra Indonesia tahun 2000 misalnya. Kita akan kehilangan ingatan mengenai sejarah dan sastra Indonesia di masa lampau. Bukan hanya itu, kemampuan berbahasa tertulis kita pun menurun. Padahal, di dalam demokrasi setiap warganya harus mampu berbahasa dengan baik untuk mengemukakan pendapat.

Oleh karena itu, mulailah dari diri kita sendiri saat ini untuk menuliskan setiap kata dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Paling tidak, tuliskan setiap kata dengan utuh dalam SMS atau status akun jejaring sosial seperti facebook, twitter, friendster. Jangan disingkat. Jangan menggunakan bahasa yang salah yang sudah jelas merupakan pembodohan dan pengerusakan terhadap Bahasa Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun