Mohon tunggu...
Sharon Aprilia
Sharon Aprilia Mohon Tunggu... Penulis - Tempat Menulis

Salam damai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ingin Cepat, tapi Tinggalkan Etika

8 Oktober 2018   21:36 Diperbarui: 9 Oktober 2018   05:25 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.competitivefutures.com

Kehadiran internet membawa pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan jurnalistik. Berkat internet, media online lahir sebagai alternatif baru bagi khalayak dalam mengonsumsi berita selain melalui koran, televisi, radio, dan media berbasis analog lainnya. Media online menurunkan sifat utama dari internet itu sendiri, yaitu cepat, mudah, dan murah. 

Dengan mengakses media online khalayak tak perlu lagi repot menyusuri baris, kolom, halaman, atau menunggu siaran untuk mengonsumsi berita yang diinginkan. Hanya dengan memasukkan kata kunci maka khalayak akan disodorkan berita dalam jumlah besar dan sudut pandang yang berbeda, sehingga pengetahuan khalayak akan suatu peristiwa bertambah.

Cepat, mudah, praktis, dan tidak memerlukan biaya yang besar menjadi penyebab utama media online begitu digemari dan menjadi pilihan nomer satu ketika khalayak hendak mencari suatu informasi. 

Natur alami dari internet tak hanya diturunkan kepada media online, tetapi jurnalisme online yang hadir bersama dengan media online, juga menurunkan sifat dari internet, yaitu kecepatan. Hadirnya jurnalisme online seolah merevolusi cara pemberitaan yang menitikberatkan pada kecepatan atau aktualitas. Lagi-lagi, tentu saja khalayak menyukainya. Khalayak menyukai berita yang dilaporkan secara cepat agar mereka memeroleh update terbaru soal peristiwa yang terjadi. Berita yang sudah basi atau terlambat biasanya akan ditinggalkan begitu saja.

Namun, apakah segala sesuatu yang cepat itu tepat? Sayangnya, tidak.

Keunggulan yang dimiliki oleh media online ternyata sekaligus menjadi akar dari kelemahannya. Kecepatan yang menjadi kekuatan utamanya tidak lantas membuat media online menjadi media paling sempurna (Margianto & Syaefullah, 2011). Kecepatan yang menjadi moto dari media online menghasilkan masalah baru yang berhubungan dengan kualitas dan kredibilitas berita.

Demi mengejar kecepatan, para jurnalis media online berlomba-lomba meliput, menulis, dan mempublikasikan berita tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Dogma jurnalistik tradisional yang berbunyi "get it first, but first get it truth" berubah menjadi "get it first, just get it first" (Margianto & Syaefullah, 2011). Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa akurasi berita tak lagi menjadi prioritas dalam dunia jurnalisme online.

Hal kecepatan pada akhirnya menjadi cikal bakal munculnya berita yang salah atau palsu. Hal itu akan menjadi masalah serius karena apabila informasi keliru dipublikasikan dan dikonsumsi oleh masyarakat luas akan muncul mispersepsi suatu fakta (Margianto & Syaefullah, 2011). Hingga saat ini masih ada berita keliru yang tersebar di media online. Berita keliru yang masih saja diproduksi menjadi penanda jurnalis tidak menghiraukan kode etik jurnalistik yang idealnya ditaati.

Kode etik jurnalistik disusun sebagai landasan moral jurnalis dalam melaksanakan tugasnya karena etika berisi hal-hal yang dianggap benar. Berbeda dengan hukum, etika bersifat tidak memaksa. Sifat utama etika adalah voluntary atau kerelawanan. Kita tidak bisa membuat seseorang menjadi beretika, tetapi harus ada keinginan tulus yang muncul dari hati nurani orang tersebut untuk hidup sesuai dengan etika (Socialna Akademija, 2011).

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

 Pada tahun 2014 yang lalu, sebuah portal berita online bernama merdeka.com mempublikasikan berita yang berjudul Ahmad Dhani: Saya Akan Potong Kemaluan Jika Jokowi Menang. Berita tersebut mengangkat isu kicauan Ahmad Dhani yang kontroversial di media sosial Twitter menjelang pemilihan presiden tahun 2014. Dalam berita tersebut dimuat foto tangkapan layar (screenshot) kicauan Ahmad Dhani di Twitter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun