Desa Cihideung, yang terletak di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, barangkali selama ini hanya dikenal sebagai kawasan sejuk penghasil bunga hias. Namun siapa sangka, desa ini kini menjelma menjadi kawasan penuh inovasi dengan pengembangan sport tourism, pertanian sayur, hingga peternakan sapi perah. Semua dijalankan berbasis kekuatan lokal dan gotong royong warganya.
Ketika Telaga Warna Menjadi Panggung Sport Tourism
Salah satu daya tarik baru di Cihideung adalah kawasan Telaga Warna, danau alami yang kini mulai dikembangkan sebagai lokasi sport tourism. Di sinilah wisatawan bisa menjajal kano, paddle board, atau sekadar lari santai mengelilingi danau sambil menghirup udara segar khas dataran tinggi Bandung.
"Dulu tempat ini cuma jadi spot foto. Sekarang banyak wisatawan datang untuk olahraga sambil healing. Kami sebagai pemuda desa jadi semangat, karena bisa ikut jadi pemandu dan jualan juga," ujar Dedi Hermawan, Ketua Karang Taruna Cihideung.
Pengembangan ini bukan proyek besar dengan modal miliaran. Justru dilakukan lewat inisiatif Karang Taruna, kerja sama warga, serta dukungan mahasiswa dari program pengabdian masyarakat (P2MB) yang membantu pemetaan potensi dan promosi digital.
Mawar dan Harapan yang Mekar dari Lahan Warga
Selain keindahan alamnya, Desa Cihideung juga dikenal sebagai sentra bunga mawar. Di sepanjang jalan desa, hamparan kebun mawar menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Tapi bukan sekadar untuk dilihat --- bunga-bunga ini menjadi sumber penghasilan utama warga.
"Sekarang nggak cuma jual ke pasar. Setelah diajarin promosi online, saya bisa jual langsung lewat Instagram. Sekali posting, bisa dapat order dari luar kota," ungkap Sri Rahayu, seorang petani mawar yang kini merintis usaha kecil berbasis digital.
Selain menjual bunga segar, wisata edukasi kebun mawar juga mulai digarap. Anak-anak sekolah datang untuk belajar cara menanam, mengenal jenis bunga, dan ikut memetik mawar langsung dari kebunnya.
Sapi Perah dan Sayur-Sayuran: Pilar Ekonomi Berkelanjutan
Cihideung juga aktif mengembangkan pertanian sayur seperti selada, sawi, dan tomat. Hasilnya dipasok ke pasar tradisional dan rumah makan sekitar Lembang dan Bandung. Metode tanam mulai beralih ke sistem ramah lingkungan dengan pupuk organik dan pengelolaan sampah pertanian.