Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Mengapa Hasil Survei Capres Bisa Saling Berbeda?

26 Januari 2014   17:37 Diperbarui: 19 April 2018   21:42 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay.com)

Survei calon presiden adalah aktifitas yang sekarang ini makin sering dilakukan dan hasilnya diliput berbagai media untuk mengukur elektabilitas para kandidat presiden menjelang pemilu 2014.  Hasil survei sering dijadikan acuan mengenai elektabilitas seorang kandidat untuk menjadi bahan evaluasi dari sang kandidat mengenai langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Survei sekarang ini sering dilakukan oleh berbagai lembaga survei, perguruan tinggi, media massa, dan bahkan dilakukan oleh partai politik itu sendiri. Survei sering dilakukan secara berkala untuk melihat pergerakan elektabilitas dan untuk mengantisipasi langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan elektabilitas.

Seringkali hasil survei memberikan hasil yang berbeda dan tidak konsisten antara hasil satu survei dengan hasil survei lainnya. Itulah yang memunculkan dugaan bahwa banyak survei yang dilakukan secara manipulatif dan hasilnya pun penuh dengan manipulasi. Dicurigai banyak survei yang merupakan pesanan dari pihak-pihak yang mempunyai kemungkinan tertentu. Bahkan mungkin ada survei yang bertujuan untuk membentuk opini dan persepsi, dengan memberikan hasil yang akan membuat masyarat cenderung memilih atau tidak memilih kandidat tertentu jika pemilu presiden dilaksanakan.

Ilustrasi / nasional.kompas.com
Ilustrasi / nasional.kompas.com

Ada beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan untuk menilai akurasi elektabilitas dari hasil survei tersebut. Sayangnya banyak hasil survei yang tanpa disertai data pendukung tentang faktor-faktor ini dan hanya mencantumkan jumlah responden yang dijaringnya.

1. Jumlah responden. Pada dasarnya makin besar jumlah responden maka makin tinggi akurasi hasil survei.  Survei yang hanya mengandalkan pendapat 1000 orang  akan lebih akurat dari survei yang hanya mengandalkan pendapat 100 orang.  Tujuan dari memperbanyak jumlah responden adalah untuk meningkatkan peluang  makin banyaknya segmen obyek survey yang ikut terjaring dalam survei.

2. Sebaran geografis dari responden. Survei yang hanya dilakukan di beberapa kota di pulai Jawa akan memberikan akurasi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan survei yang mengandalkan sebaran geografis yang lebih luas dengan ikut juga menjaring responden yang terdapat di luar pulau jawa yang tersebar di pulai sumatra, kalimantan, sulawesi, maluku dan papua. Pelaksana survei sebaiknya mencantumkan berapa persen kota atau propinsi yang dicover oleh survei ini. Tanpa informasi ini maka akan sulit menilai sebaran geografis dari survei. Jumlah responden berdasarkan geografis juga harus proporsional terhadap jumlah penduduk di masing-masing wilayah tersebut.

3. Sebaran kelompok usia, jenis kelamin, dan profesi. Responden yang dijaring seharusnya proporsional dengan sebaran kelompok usia, jenis  kelamin dan profesi. Jika kelompok usia pemilih terbesar di kelompok usia 20-30 tahun, maka responden terbesar juga harus berasal dari kelompok usia ini. Jika proporsi wanita dan pria adalah 53:47 maka responden juga harus proporsional dengan proporsi jenis kelamin ini.

4. Metode survei yang digunakan. Ada survei capres yang dilakukan dengan cara menelepon responden secara langsung dengan menggunakan telepon rumahnya disaat jam kerja. Maka survey ini akan sangat bias karena respondennya hanyalah orang yang mempunyai telepon rumah dan selalu berada di rumah disaat jam kerja. Ada survei capres yang dilakukan dengan polling di website yang bersangkutan. 

Survei ini akan juga sangat bias karena yang akan memilih adalah orang yang kebetulan menemukan website survey tersebut, sedang tidak terburu-buru untuk mengisi survey, dan orang yang mempunyai akses ke internet.  Survei harus dilakukan secara aktif dengan secara acak mengumpulkan data ke lapangan dengan mendatangi responden untuk menanyakan pertanyaan survey. Survei tidak bisa dilakukan secara pasif, karena survei secara pasif hanya akan menjaring responden yang aktif dan tidak dapat menjaring responden yang pasif.

5. Metode statistik yang digunakan. Metode statistik akan membantu analyst untuk mengukur hasil survei, membuang data yang bias, dan menentukan akurasi dari survei tersebut. Beberapa metode statistik bisa digunakan sekaligus dan kemudian diperoleh hasil dari masing-masing metode tersebut sebelum memutuskan kesimpulan akhir dari survey.

Rakyat Indonesia seharusnya tidak hanya terpaku dengan survei capres, tapi harus memilih partai yang sudah mengusung capresnya agar suara rakyat tidak menjadi cek kosong yang bisa digunakan sesuka hati oleh partai untuk dijadikan bahan politik dagang sapi disaat pemilihan presiden. Lihatlah pribadi, karakteristik, prestasi, pengalaman, kejujuran, integritas, dan skill yang dimiliki oleh calon. Kesalahan memilih presiden adalah kesalahan yang harus ditebus dalam masa lima tahun sebelum bisa memilih presiden baru yang mungkin bisa membawa perubahan bagi negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun