Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memperingati Satu Tahun Aksi 212

22 November 2017   19:20 Diperbarui: 22 November 2017   19:26 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aksi 212 adalah peristiwa besar bagi ummat Islam Indonesia dan bagi ummat Islam dunia.  Belum pernah terjadi dalam sejarah manusia aksi damai  yang diikuti oleh sekitar 8 juta peserta yang datang dengan sukarela tanpa mobilisasi dari negara.

Lautan massa dengan pakaian putih-putih dari seluruh penjuru Indonesia memenuhi kota Jakarta. Aksi berpusat di silang Monas dan massa membludak dalam radius 2-3 km dari Monas. Aksi ini adalah pertunjukan solidaritas ummat Islam dimana masjid-masjid membuka pintu bagi para peserta aksi yang berdatangan dari luar kota, banyak orang di Jakarta yang menyediakan rumahnya sebagai rumah singgah bermalam peserta dari daerah lain untuk melaksanakan aksi, makanan gratis yang disuplai dan diorganisir oleh ibu-ibu pengajian dan lebih dari itu, aksi ini adalah aksi tanpa merusak taman. Jutaan peserta melakukan aksi dengan tertib tanpa menginjak rumput, tanpa membuang sampah sembarangan, dan tanpa melakukan aksi berlebihan.

Semua kalangan masyarakat melakukan aksi. Mulai dari bayi yang baru lahir, bocah baru belajar jalan, sampai ke orang tua yang jalan tertatih/dipapah dan berkursi roda dan tak mau ketinggalan ikut melakukan aksi. Berbagai strata ekonomi dan sosial ikut meramaikan aksi mulai dari rakyat jelata sampai kepada pensiunan jendral, dari kalangan artis sampai kalangan akademisi. Seakan semua orang tak mau ketinggalan dan kuatir nanti akan tak bisa menjawab, dimana anda saat aksi 212 berlangsung.



Aksi ini bukan berlangsung tanpa hambatan. Pemerintah berusaha mencegah aksi ini dengan melakukan berbagai himbauan agar warga tak perlu datang ke Jakarta. Upaya  ini bahkan dengan menggunakan tangan aparat kepolisian yang secara sengaja menghadang bis-bis yang berencana menuju ke Jakarta. Hal ini terjadi di Sumatra selatan, Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur.  Upaya lain bahkan dengan memberikan larangan kepada para pengusaha bus untuk menyewakan busnya kepada peserta aksi.

Upaya menghambat aksi ini berlangsung sia-sia. Bahkan pemerintah dipermalukan dengan aksi heroik santri-santri dari Ciamis yang memilih berjalan kaki karena tak bisa dapatkan bus. Bukannya dipatuhi, gelombang ummat Islam yang ke Jakarta semakin menjadi-jadi. Santri  yang berangkat dari ciamis disambut bagai pahlawan di setiap kota yang dilalui. Sepanjang jalan ummat Islam menyediakan makanan buat para peserta aksi yang lewat dan dielu-elukan. 

Ada yang sudah menyiapkan penginapan, bahkan tukang pijat untuk para remaja dari ciamis yang kakinya sudah mulai lecet menjelang masuk Jakarta. Banyak warga yang meneteskan air mata karena tak bisa ikut bersama dengan para santri itu baik karena keterbasan fisik ataupun finansial. Mereka merasa bahagia karena bisa sekedar memberikan apa yang bisa mereka sumbangkan buat para santri yang menjelma menjadi para pahlawan.

Dari Sumatera Barat ummat Islam bahkan menyewa pesawat terbang untuk mengangkut para peserta aksi. Ada beberapa kawan dari Amerika dan Eropa rela terbang puluhan jam ke Jakarta sekedar untuk menunjukkan solidaritasnya. Hotel-hotel berbintang di seputar lokasi aksi fully booked oleh warga berkecukupan yang ingin hadir lebih mudah di tempat pelaksaan aksi 212.

Aksi 212 adalah aksi menuntut agar keadilan ditegakkan. Aksi ini dipicu oleh sikap pemerintah yang tidak memperlakukan Ahok bagai penista agama yang lain. MUI telah memberikan fatwa bahwa Ahok telah menista agama, tapi Ahok bahkan tak ditahan seperti para penista agama yang lain.

Jumlah massa yang hadir di aksi 212 berdasarkan kalkulasi foto udara dari drone dengan menghitung area yang ditempati mencapai 8 juta orang. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan aksi mahasiswa tahun 1998 yang diperkirakan tak lebih dari 50 ribu orang.  Ada puluhan ribu manusia yang menduduki gedung DPR dan ribuan lainnya yang melakukan aksi di jalanan. Andaikan massa yang berjumlah sekitar 150 kali jumlah mahasiswa yang melakukan demo tahun 1998 dikomando untuk menduduki Istana maka tak ada kekuatan apapun yang bisa mencegahnya. 

Jika sekiranya aparat keamanan seluruh Indonesia dikerahkan pun tak akan bisa menandingi jumlah massa sebesar ini. Massa sebesar ini tak akan bisa dilawan, sekalipun menggunakan tank karena siapapun yang akan menembak dengan senjata tahu bahwa diantara massa pasti ada sanak keluarganya sendiri dan tak akan mungkin dia akan berani menembak sanak keluarganya sendiri. Bandingkan jumlah massa yang menumbangkan Marcos di Filipina, atau Coacescu di Romania, atau Shah Pahlevi di Tehran, tak ada satupun yang bisa menandingi jumlah massa aksi 212.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun