Mohon tunggu...
Hans Kioko
Hans Kioko Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Hanya seorang mahasiswa biasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa

24 Mei 2019   15:45 Diperbarui: 24 Mei 2019   15:56 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Pancasila disampaikan oleh Ir. Soekarno. Saat itu Pancasila melalui banyak sekali penolakan ide-ide yang mementingkan suatu golongan tertentu dan perubahan terus dilakukan dalam musyawarah.

Akhirnya solusi pun muncul, terbentuklah Pancasila dengan isi yang dapat kita lihat, tetapi apakah kita bisa melihat bagaimana isi Pancasila ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ? Apakah Pancasila tidak berlaku untuk generasi milenial ? Bukankah kita adalah Warga Negara Indonesia (WNI) ? Lalu mengapa sebagai sesama Warga Negara Indonesia kita tidak bisa hidup berdampingan ? 

Apakah Pancasila sekedar perjanjian yang naif untuk melepaskan diri dan terbentuk hanya untuk melawan penjajah ? Apakah setelah penjajah pergi kita sebagai Warga Negara Indonesia tidak perlu lagi bersatu ? Tidak peduli, tidak bertanggung jawab, dan hanya bisa menyalahkan pemerintah ? 

Jika tidak ingin bertanggung jawab maka tidak perlu untuk bertindak melakukan sesuatu yang merugikan, cukup duduk diam saja di rumah. Jangan menuntut jika tidak ingin dituntut, jangan merugikan jika tidak ingin dirugikan.

Bagi beberapa orang, Pancasila adalah harapan mereka. Bagi beberapa orang yang lain mungkin tidak. Pancasila berisi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Apakah kata "Ketuhanan" tersebut memojokkan agama tertentu ? Tentu tidak.

Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sudahkah sebagai kita sebagai WNI bertindak adil dengan WNI yang lain ? Mengapa begitu banyak perbedaan yang dipermasalahkan ?

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Apakah kita bersatu untuk memajukan bangsa atau menghancurkan dengan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain dan mementingkan diri kita sendiri ?

Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Apakah rakyat sudah dipentingkan ? Sudah, tapi belum sepenuhnya dipentingkan. Ada sebab, ada akibat. Dengan permasalahan yang terjadi sekarang, banyak perwakilan rakyat yang mementingkan diri sendiri. 

Saya sangat tidak setuju jika mereka dipekerjakan kembali karena meskipun telah dihukum apakah hukuman tersebut membuat jera ? Apakah tidak ada kemungkinan meskipun sangat kecil untuk melakukan kembali perbuatan tersebut ? 

Banyak calon perwakilan rakyat yang lebih baik, lalu mengapa harus dengan agama tertentu ? Dengan ras tertentu pula  ? Apakah kualitas orang ditentukan oleh agama dan ras ?  Berusaha memecah belah bangsa melalui provokasi untuk membenci ras dan agama tertentu, apakah pikiran anda sehat ? 

Anda tidak tinggal dalam negara yang anda perjuangkan dan anda bentuk, tanyakan pada veteran perang yang telah menjalani hidup lebih lama. Apakah ini yang para veteran tersebut harapkan ? Dapatkah pikiran hikmat kebijaksanaan dengan bersikap egois ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun