Mohon tunggu...
Shabirin Arga
Shabirin Arga Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis, Pengamat Sosial dan Politik

Penulis Muda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Umat Islam, Nasibmu Malang

20 Desember 2019   11:21 Diperbarui: 20 Desember 2019   11:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita duka tak henti-hentinya menimpa umat Islam, berpindah dari satu pristiwa ke pristiwa lain. Ini  merupakan episode yang akan berkelanjutan tanpa berakhir, akan ada kembali pristiwa duka yang merengut nyawa umat Islam. Tanpa ada yang berani berbicara diatas penderitaan umat Islam, tidak ada yang bertindak untuk menghukum pelaku kejahatan, tidak ada kutukan dari Dewan Keamanan PPB dan orang-orang yang selama ini berbicara atas nama HAM.

Apa yang kita saksikan fase penghancuran di timur tengah telah usai, di rohingya sekitar 6700 umat Islam tewas, muslim di Uighur menjadi korban penindasan sebagai upaya pembesihan etnis, di selandia baru pemembakan secara terbuka terhadap umat Islam yang memakan korban tidak kurang dari 50 orang, diperlakukan seperti binatang yang kelaparan,  dan hari ini kita menyaksikan kembali perlakuan yang begitu kejam terhadap bangsa palestina. Anak-anak, para ibu, dan bahkan janin yang masih dalam kandungan menjadi korban dari tindak kebiadaban ini.

Kita tidak menginginkan bahwa ini terjadi juga terhadap umat yang lain, tapi pertanyaannya sederhana, kenapa umat Islam terus menjadi korban dari setiap pristiwa dan episode ini? Apakah Umat lain bersatu dalam memusuhi Islam? Apakah Umat Islam sangat membahayakan antar umat beragama lain?

Terlalu sederhana jika konflik ini hanya dipandang sebagai konflik internal sebuah negara, apakah kita ingin mengklaim bawah ini adalah konfilk sosial dan budaya, apakah kita ingin mengatakan bahwa ini adalah konflik ekonomi? Lebih dari itu, ini berbicaara tentang eksitensi sebuah ideologi, kekuasaan, dan agama. Inilah konfik segitiga ideologi antara Liberalis, Komunis, dan Islam yang tidak akan berakhir.

Seharunya kita memahami perjalanan sejarah umat Islam, dipuncak kejayaannya ketika berkuasa. Islam menjamin kehidupan setiap individu non muslim, tidak ada yang boleh melakukan penindasan dan pembunuhan kepada orang-orang yang memiliki keyakinan yg berbeda, non muslim juga harus diberi keadilan dan kesejahteraan. Inilah sumbangan dari kepemimpinan Khulafah Ar-Rosyidin, Audalasia, Utsmaniyah, dan generasi kepemimpinan setelahnya.

Perpecahan, pelemahan, pengangguran, kemiskinan, dan hilangnya moralitas ditengah umat. Runtuh kepemimpinan Islam adalah sebab utama dari persoalan yang ada. Revolusi pendidikan di bawah kendali kapitalis telah mengantarkan akar pikiran umat pada ruang materilistik.

Mahalnya biaya pendidikan tersebut mengakibatkan semakin jauhnya layanan pendidikan yang bermutu dari jangkauan masyarakat kelas bawah. Dampaknya akan menciptakan kelas-kelas sosial dan ketidakadilan sosial. Namun disadari atau tidak pendidikan di Indonesia telah terjebak dalam dunia kapitalisme.

Kapitalisme sebagai sebuah budaya sekaligus sebagai ideologi masyarakat barat, mulai sejak lahirnya sampai saat ini telah memberi pengaruh yang cukup besar terhadap segala segi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah pendidikan.

Kapitalisme dan materialisme adalah bentuk dari adanya modernisasi (Firmanzah, 2012). Sehingga ketika modernisasi menjamah seluruh lapisan masyarakat, maka mau tidak mau kapitalisme dan materialisme juga ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia.

Akibat perubahan pola pikir ini terjadi perubahan yang sangat radikal atas cara pandang masyarakat terhadap pendidikan saat ini. Inilah yang mengantarkan umat pada kebodohan, kebodohan yang melahirkan kemiskinan, kemiskinan yang mendekatkan pada kekufuran. Kemiskinan juga menjadi faktor munculnya penyimpangan sosial, seperti pencurian, pembunuhan, dan penganiayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun