Mohon tunggu...
F. Sugeng Mujiono
F. Sugeng Mujiono Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ira dan Anaknya yang Tanpa Bapak Itu

12 Juni 2021   19:00 Diperbarui: 12 Juni 2021   19:08 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Wanita berkerudung usia empat puluhan tahun itu sering datang ke kantorku bersama salah seorang anak laki-lakinya. Aku sering melihatnya ngobrol bersama petugas di pos retribusi terminal. Kadang aku melihatnya duduk di depan deretan toko. Kadang juga terlihat ia berjalan menyusuri trotoar sepanjang deretan toko-toko itu. Anak laki-lakinya tak pernah lepas dari gandengan tangannya. Aku memanggilnya dengan sebutan Ira, bukan nama sebenarnya.

Suatu pagi, Ira datang lagi ke kantorku. Aku kaget ketika tiba-tiba ia membuka kerudungnya. Aku merasa risih. Kalau Maryana yang datang, wanita tiga puluhan yang suka berpakaian seksi dengan dada lebih terbuka itu, aku tidak menjadi keki. Tetapi dengan Ira yang membuka kerudungnya, aku menjadi salah tingkah. Merasa sudah terbiasa datang dan akrab, mulailah ia curhat dan bercerita. Bahwa dulu ia adalah seorang guru. Bahwa dulu ia pernah pacaran semasa kuliah. Dan bahwa sekarang ia menjadi orang susah, tak punya pekerjaan.

Ira kawin dengan seorang pria dari Jawa. Ketika anak pertama lahir, pria itu berkhianat dan minggat. Begitulah, dia bercerita. Untuk menyambung hidup, Ira bekerja di sebuah perusahaan sebagai tenaga administrasi. Namun ia sering diejek teman sekantornya dan kadang dibuli sebagai janda yang malang. Suamimu pasti bosan dengan cewek seperti kamu, ya? Mana ada lagi cowok mau sama kamu... begitu ejekan teman-temannya.

Ira sungguh merasa sakit hati. Dan ia mengancam, awas ya, akan kurebut lakimu.

Benar saja, Ira berhasil mencuri hati seorang pria yang dimaksud, yang kebetulan bekerja sebagai staf di perusahaan itu juga. Ia kawin dengan pria itu sebagai istri siri. Ia berhenti bekerja. Suami sirinya memberi penghidupan yang memadai. Setidaknya biaya sewa rumah, makan harian, dan pakaian tercukupi.

Namun nasib malang kembali merundungnya. Menginjak anak hasil kawin sirinya berusia 2 tahun, laki-laki itu tak pernah muncul lagi. Semua laki-laki sama saja, kata Ira. Setelah terpuaskan, laki-laki itu minggat juga. Aku kecut mendengarnya, semua laki-laki sama...? Semula masih mengirimkan biaya hidup walau tidak mencukupi. Namun kini tak pernah sama sekali. Ira tak mampu lagi bayar kontrakan rumah. Tak mampu lagi menghidupi diri dan kedua anaknya dari lelaki yang berbeda. Ia numpang di rumah keluarga.

Kini, anak laki-laki dari suami sirinya berusia 5 tahun. Saatnya untuk masuk sekolah. Sementara, anaknya yang pertama sudah klas 5 SD. Ia bingung, bagaimana bisa mendapatkan akta kelahiran. Untuk daftar sekolah, mesti diperlukan akta kelahiran. Sambil mengusap air mata, Ira minta bantuan kepadaku, kalau bisa mencarikan solusinya. Apakah bisa mencarikan pekerjaan dan mengurus akta lahir anaknya.

Aku tak punya pandangan, di mana Ira bisa memperoleh pekerjaan. Aku mencari informasi dari Dinas Dukcapil. Ira bisa memperoleh akta kelahiran untuk anaknya, tetapi hanya sebagai anak ibu. Karena Ira tidak mempunyai akta perkawinan dengan ayah anak itu. Dan ia masih terikat dalam perkawinan dengan suami sebelumnya.

Ira bengong merenungi nasibnya dan kembali mengusap air matanya. Beberapa lembar tisu tercerabut. Sementara anaknya merengek, mulai ngantuk dan lapar. Kebetulan ada sepotong roti di mejaku. Kuberikan roti itu kepada anaknya. Kemudian Ira pun pamit meninggalkan kantorku, menggandeng anak kesayangannya yang tanpa bapak itu.

Ia pasti akan datang lagi, walau aku tak berharap itu. Aku menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal..

Jambi, 12 Juni 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun