Mohon tunggu...
setyagi agus murwono
setyagi agus murwono Mohon Tunggu... Wiraswasta - maju bersama

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ken Arok Pembuat Sejarah

25 Juni 2021   16:44 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:57 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KEN AROK PEMBUAT SEJARAH

Halaman 20

Pertempuran berlangsung dengan sengit, Anusapati yang harus melawan dua orang perampok, nampak harus bekerja keras. Perampok itu bertempur dengan kasar, mereka menyerang Anusapati sambil berteriak-teriak. Mereka bertempur sambil mengumpat-umpat. Anusapati mencoba untuk menenangkan dirinya agar tidak terpengaruh cara bertempur perampok itu.

Lawan Mahesa Wong Ateleng tidak kalah kasarnya dengan lawan Anusapati, tetapi nampaknya Mahesa Wong Ateleng lebih cepat mengatasi situasi. Mahesa Wong Ateleng sama sekali tidak terpengaruh dengan kekasaran lawannya. Bahkan Mahesa Wong Ateleng lebih garang lagi cara bertempurnya.

Mahesa Wong Ateleng tidak menahan-nahan pertempurannya. Kalau perampok yang satu menyerang maka Mahesa Wong Ateleng juga balik menyerang. Mahesa Wong Ateleng memang mempunyai keahlian tempur serangan dibalas dengan serangan. Teknik bertempur Mahesa Wong Ateleng ini sangat mematikan, karena beradu kecepatan dan kejelian melihat gerakan lawan.

Perampok itu tidak menyadari dia berhadapan dengan siapa, ketika perampok itu melakukan tendangan kedepan kearah perut Mahesa Wong Ateleng. Mahesa Wong Ateleng maju kedepan tangan kirinya menghantam dagu, lalu diikuti sikunya ikut menghantam dagu perampok itu. Maka seketika perampok itu jatuh tak sadarkan diri.

Melihat temannya sudah jatuh tak sadarkan diri, maka perampok yang satunya langsung menyerang Mahesa Wong Ateleng dengan membabi buta. Tidak butuh waktu lama, begitu perampok itu memukul muka Mahesa Wong Ateleng, maka dia langsung membungkuk membelakangi perampok dan kaki kanannya menendang kebelakang perampok itu. Perampok itu langsung kesakitan mendapat tendangan tidak terduga itu. Akibatnya perampok itu terduduk tak dapat melanjutkan perkelahian.

Anusapati lebih sabar menghadapi lawannya. Dengan kecepatannya Anusapati membiarkan lawannya kehabisan tenaga. Begitu lawannya mulai kehabisan tenaga, maka dengan kecepatan yang tinggi lawan Anusapati sudah taksadarkan diri.

Melihat kedua ponakannya sudah selesai, maka Mpu Purwa yang semula cuma menahan agar pemimpin perampok itu terikat pertempuran dengannya, tidak menahan pertempurannya lagi. Maka dengan sekali hentakan, tangan Mpu Purwa sudah mengenai leher samping dari pemimpin perampok itu dan tertidur tak sadarkan diri pemimpin perampok itu.

"Biarkan saja mereka biar diurus temannya yang masih sadar," kata Mpu Purwa. Lalu rombongan Mpu Purwa meneruskan perjalanan menuju ke Jun Watu. Perjalanan berikutnya tidak ada halangan, sehingga menjelang malam mereka sudah sampai ke Jun Watu, mereka langsung menuju ke barak prajurit Tumapel.

Dipintu gerbang barak mereka dihentikan oleh prajurit jaga, tetapi setelah tahu siapa yang datang ke barak itu. Prajurit itu mohon maaf, "maaf pangeran kami tidak tahu kalau pangeran berkenan hadir di barak ini." "Apakah pangeran akan bertemu dengan senopati panji pati-pati," tanya prajurit itu. "Ya, apakah paman Panji ada di tempat," tanya Anusapati. Ada pangeran, saya akan memangilnya, jawab prajurit jaga itu. Tidak perlu, kalian tetap jaga disini, saya akan masuk saja menemui paman Panji Pati-Pati. Silahkan pangeran, jawab prajurit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun