Siapa di sini yang ketika baca caption atau tulisan di akun media sosialnya Mba Najwa Shihab langsung terbayang sama gaya bicara, termasuk juga intonasinya yang sangat khas?
Atau siapa yang ketika membaca kalimat, "Jama-aaah... (oooy) oh, jama-aaah. Alhamdu? (Dan langsung disambung dengan sambutan dari para penonton ...lillah) langsung terbayang gaya enerjiknya Ustaz Nur Maulana?
Kemudian, siapa yang ketika mendengar ucapan, "Semangat pagi semuanya!" pada sore hari, langsung teringat akan acara seminar motivasi yang kerap kali menyebalkan? Untuk bagian ini, baiknya langsung skip.
Kalau "Hiya, hiya, hiya", pasti sudah langsung mengasosiasikan siapa yang punya ciri khas demikian dan paham bagaimana nadanya seperti apa. Yakan?
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Tenang, kalian nggak sendirian. Hampir semua orang merasakan hal yang sama. Bahkan pada hal yang paling sederhana, seperti ketika membaca pesan singkat dari seseorang yang pada dasarnya sudah kita kenal secara personal.
Mengandalkan penelusuran saya pribadi, kita nggak ujug-ujug merasakan hal seperti ini begitu saja. Ada banyak proses yang dilalui sebelum akhirnya bisa mengenali dan membayangkan gaya, nada, juga intonasi bicara seseorang secara otomatis dalam suatu percakapan saat berbalas pesan.
Begini. Hal tersebut tidak terlepas dari saling kenal dengan orang yang bersangkutan, intensitas percakapan yang terbilang sering, serta pertemuan yang sering dilakukan dengan lawan bicara.
Sederhananya, semakin sering bertemu, kita semakin bisa mengenali atau membayangkan bagaimana gaya seseorang saat berbicara. Termasuk ekspresi juga gestur tubuhnya.
Coba diingat kembali, seberapa sering kita meniru gaya bicara seseorang dan hasilnya, betul-betul mirip. Impersonate. Bahkan, tak jarang menjadi bahan tertawaan saking lucu dan miripnya. Dan hal ini, terbawa dalam percakapan singkat berbentuk teks.