Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asa dan Angan Guru Honorer yang Beralih Profesi

3 Mei 2019   19:18 Diperbarui: 3 Mei 2019   20:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. | Sumber: shutterstock.

Hari pendidikan nasional memang sudah lewat, pada 02 Mei tepatnya. Walaupun selalu dirayakan secara disiplin pada tanggal tersebut -biasanya juga diadakan upacara-, namun rezeki sebagai pengajar atau pendidik masih perlu "didisiplinkan". Khususnya untuk para guru honorer.

Pasalnya, sebagaimana diketahui, sudah menjadi rahasia umum bahwa kesejahteraanguruhonorer masih dipertanyakan. Tanpa maksud tidak mensyukuri nominal yang diterima, gaji yang diberikan tergolong rendah. Orang tua saya yang juga berprofesi sebagai guru (sudah diangkat sebagai PNS), mengamini hal tersebut.

"Mama ga tega kalau ngeliat guru muda yang statusnya masih honorer, gaji mereka tergolong kecil. Mereka masih bertahan karena memang suka mengajar dan niat berbagi ilmu."

Begitu yang Ibu saya sampaikan ketika saya menanyakan ihwal status guru honorer.

Walaupun saya tidak berprofesi sebagai guru honorer, tapi saya bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja di bidang yang memang disukai. Rasa senang dalam menjalani dan harapan bisa menghidupi diri sendiri bercampur menjadi satu.

Tanpa maksud tidak menghargai dan merasa paling tahu, mengerti bagaimana rasanya ada dalam dilema,

"Saya cinta mengajar dan berbagi ilmu, namun rasanya apa yang saya dapat belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari."

Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai perekrut yang biasanya melakukan proses wawancara dengan banyak orang, dari lulusan baru sampai dengan yang sudah memiliki pengalaman kerja, saya merasa beruntung pernah mewawancara beberapa orang yang sebelumnya berprofesi sebagai guru honorer.

Disamping itu, saya juga merasa sedih sewaktu tahu apa alasan mereka tidak ingin kembali menjadi pengajar. Kandidat yang saya temui melamar sebagai contact center (apa yang diperbicangkan tanpa maksud merendahkan atau tidak menghargai profesi yang disebutkan).

"Mba, sebelumnya kan jadi guru, bukannya lebih nyaman mengajar? Kenapa mau mencoba di contact center?", tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun