Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mereset Mindset tentang Prestasi

21 Juli 2020   09:40 Diperbarui: 22 Juli 2020   14:45 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Prestasi Itu Bukan Hanya Soal Kepintaran Otak
Saya sedikit bercerita, pas dulu pernah merasakan pertukaran mahasiswa ke Kuala Lumpur, Malaysia. Rasanya tidak ada yang aneh, dan tidak ada hal istimewa yang saya lakukan. 

Ketika belajar tiba, ya, belajar dengan baik, disiplin, mengikuti aturan. Tetapi satu hal yang membuat saya heran adalah di akhir saya justru dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik dalam gelaran pertukaran mahasiswa tersebut? 

Mengapa hal tersebut terjadi? Saya bukan mahasiswa seaktif yang lain, tidak sepro-aktif yang lain kala di kelas, saya hanya mahasiswa biasa-biasa saja, menjawab ketika ditanya, mengerjakan dengan baik, dan melaksanakan program dengan sungguh-sungguh.

Cerita keheranan saya terjawab tatkala di akhir kepulangan menuju Indonesia, di bandara saya diantar pulang oleh semua teman yang ada di sana. Kemudian saya kepada salah seorang teman? "Bang (karena orang Malaysia), why did I become a student who got the best participants?". Ia tersenyum dan berkata: "Measuring performance is not only in the brain, but also in behavior!".

Seketika saya berpikir; apakah mungkin perilaku saya ketika di kampus dan asrama menjadi tolok ukurnya. Melaksanakan shalat tepat waktu ke masjid, disiplin sebelum datang ke acara, menjaga sopan santun, aktif di kelas secukupnya, dan menghormati mahasiswa lain merupakan penilaian sebetulnya.

Singkat cerita, temanku ini berkata, dan dalam bahasa Indonesia bermakna:
"Orang dengan mengandalkan perilaku (baik) dalam meraih kesuksesan sangat jarang saat ini, kebanyakan mengandalkan otak, lebih-lebih berbagai cara, yang mungkin tidak halal dilakukan. Setidaknya saya belajar satu hal dari Anda, bahwa perilaku yang baik merupakan kunci kesuksesan yang terbesar".

Saya heran, lantas apakah saya sudah baik? Itu tidak juga, dan tidak mustahil banyak orang diluar sana yang tidak suka sama kita, yang bahkan pernah/sering disakiti. Tapi, itu tentu relatif dan semua orang berhak menilai kita.

Yang jelas, saya belajar banyak hal tentang pentingnya menjaga perilaku yang positif yang dilandasi kejujuran dan kesungguhan serta memanfaatkan otak kita semaksimal mungkin dalam belajar dan bekerja keras.

Lantas, bagaimana soal prestasi akademik, atau prestasi yg mengandalkan skill kita, keahlian kita? Apakah itu juga prestasi? Ya, itu prestasi. Prestasi yang disebabkan oleh ketekunan kita pada suatu bidang.

Ini adalah prestasi jenis kedua, yaitu prestasi yang berdasarkan passion kita. Yang terus diasah, dan dilatih. Utamanya menghindarkan pemahaman pada pola pikir bahwa berprestasi itu mudah, instan, hasil belajar 1 minggu sekali, dan hanya mengandalkan malas. Tentu bukan dengan cara itu. Prestasi demikian karena terus diasah yang memakan waktu lama.

Jadi, jika ingin berprestasi dobel, prestasi diri dan prestasi akademik, maka kerja kerasnya harus bener-bener powerfull. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun