Mohon tunggu...
Sesilia Ivena
Sesilia Ivena Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Kolonialisme Elektronik: Sepeda Tren Lagi?

7 September 2020   03:47 Diperbarui: 7 September 2020   03:44 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Era New Normal ini, segala kegiatan memang dibatasi. Kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan seperti nongkrong, bermain, jalan ke mall, sekolah, bekerja, dan bahkan ke tempat ibadah pun diatur sedemikian rupa agar tetap memenuhi protokol yang berlaku.  

Banyak kampanye soal menjaga kebersihan barang sekitar, cara mencuci tangan, menggunakan masker terutama soal menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan menjadi salah satu upaya masyarakat agar tidak tertular penyebaran COVID-19. Ini berguna untuk meningkatkan imun tubuh. 

Cara termudah menjaga kesehatan ialah dengan makan makanan yang bergizi dan berolahraga.  Salah satu yang tengah marak adalah bersepeda. Belakangan ini, mudah untuk menemukan unggahan rekan-rekan kita soal aktivitas bersepeda mereka. Mulai dari sahabat, teman SD/SMP/SMA, rekan kerja, guru, dosen atau bahkan saudara. Terkadang mereka juga mengunggah soal jarak yang berhasil mereka tempuh menggunakan sepeda. 

Jika dicari tahu lebih jauh, ternyata kegiatan bersepeda ini dilakukan karena tempat gym yang ditutup semenjak adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Bersepeda menjadi salah satu alternatif berolahraga sekaligus refreshing ditengah New Normal. 

Pemberitaan yang ada di media massa juga menjadi pengaruh tren sepeda ini kembali muncul. Pasalnya, banyak orang yang tadinya tidak memiliki ketertarikan di dunia persepedaan kini ikut serta dalam tren. 

Kegiatan bersepeda ini membuat tingkat penjualan sepeda beberapa produsen meningkat drastis. Dilansir dari Kompas.com, produsen sepeda yang tadinya mengalami penurunan pada bulan Maret 2020 kini kembali mencapai targetnya kembali. Sehingga, dapat dikatakan bahwa berita soal bersepeda mampu mengubah gaya hidup masyarakat terlebih soal tren yang juga memiliki efek yang baik untuk kesehatan. 

Tren ini membawa kita pada situasi yang tidak biasa. Dahulu, melihat sepeda lebih sering ketika acara car free day dan jumlahnya tidak banyak. Namun sekarang, banyak masyarakat yang memilih bersepeda menjadi gaya hidup dan juga sebagai transportasi bepergian. Perubahan gaya dan perilaku ini secara tidak langsung berubah karena dampak informasi melalui media massa dan media sosial yang mereka miliki. Ini dapat dianalisis menggunakan Teori Kolonialisme Elektronik.

Teori kolonialisme elektronik merupakan bagaimana cara  media global termasuk iklan dapat mempengaruhi seseorang dalam melihat, bertindak, maupun berpikir (Tyas, 2015). Teori ini sebenarnya melihat bagaimana pengaruh dari media kepada pemikiran masyarakat. Jika dikaitkan dengan tren bersepeda, peran media terhadap perubahan pola pikir dan tindakan masyarakat dapat dikatakan berhasil. Melalui penyebaran informasi terkait kegiatan bersepeda  terus menerus, membuat masyarakat berpikir bahwa bersepeda merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan dan juga sebagai sarana rekreasi ditengah pandemi. Apalagi dengan melihat unggahan orang lain di media sosial, hal itu bisa menjadi salah satu daya tarik. Masyarakat berpikir bahwa dengan bersepeda, dapat mengurangi polusi dan juga debu di udara. Ini bisa menjadi langkah yang baik untuk perubahan Indonesia dalam mencegah polusi yang sudah sulit diatasi.

Daftar Pustaka

Kompas.com (17 Juni 2020). Sedang Tren Gowes, Penjualan Sepeda Laris Manis Saat Pandemi Corona. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/17/155700665/sedang-tren-gowes-penjualan-sepeda-laris-manis-saat-pandemi-corona

Tyas, B. (6 September 2015). Teori kolonialisme elektronik dan teori sistem dunia. Prezi.com. Diakses dari https://prezi.com/ekcz4fkvlfyp/teori-kolonialisme-elektronik-dan-teori-sistem-dunia/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun