Mohon tunggu...
Serlia MariskiPutri
Serlia MariskiPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Tak kenal maka tak sayang Tak membaca maka tak tau

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dampak Pemanasan Global bagi Kehidupan

24 April 2020   12:31 Diperbarui: 24 April 2020   12:51 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemanasan Global adalah fakta bukan hanya sekedar perdiksi apalagi mitos
khayal. Dampaknya sangat kita rasakan sebagai makhluk hidup, berbagai dampak
negatif dan kontra produktif baik yang dapat disadari ataupun tidak. Studi lain juga
menyebutkan Studi lain juga menyebutkan bahwa jika tidak ada langkah konkrit
melakukan adaptasi dan menurunkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK), maka pada
akhir Abad 21 nanti, suhu bumi rata-rata akan naik sekitar 1,8 - 4 derajat Celcius, dan
permukaan air laut rata-rata akan naik 28 - 43 cm. 

Pada periode tertentu, kenaikan
suhu udara menjadi sangat tinggi untuk dapat dihadapi manusia yang hidup di muka
bumi. Sementara itu, kenaikan permukaan laut sampai satu meter saja, tentu tidak
dapat ditanggung oleh masyarakat yang hidup di lingkungan pesisir dan pulau-pulau
kecil. Beberapa daerah di Indonesia akan sangat rentan terhadap ancaman bencana
lingkungan hidup yang lebih besar, jika generasi sekarang tidak melaksanakan upaya
yang signifikan untuk mengantisipasi dan mitigasi pemanasan global tersebut.

Iklim dibumi sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan energi dipermukaan bumi.
Sumber utama energi dibumi ini adalah matahari. Perubahan neto energi radiasisurya
(matahari) yang diterima bumi dapat mengakibatkan perubahan kondisi cuaca dibumi
yang secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan iklim di bumi. Dari
seluruh radiasi surya yang menuju kepermukaan bumi, sepertiganya dipantulkan
kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan permukaan bumi. 

Pemantulan oleh
atmosfer terjadi karena keberadaan awandan partikel yang disebut aerosol. Salju, es
dan gurun memainkan peranan penting dalam memantulkan kembali radiasi surya
yang sampai dipermukaan bumi. Dua pertiga radiasi surya yang tidak dipantulkan,
sekitar 240 Watt nr2, diserap oleh permukaan bumi dan atmosfer. Untuk menjaga
kesetimbangan energi,bumi memancarkan kembali panas yang diserap tersebut dalam
bentuk radiasi gelombang panjang. Sebagian radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan bumi diserap oleh gas-gas tertentu di atmosfer yang disebut gas  rumah  kaca (GRK)

Musim kering dan musim hujan yang ekstrem dapat menjadi sumber bencana
kekeringan dan banjir besar, banjir bandang dan bencana lainnya, karena tanda-
tandanya telah mulai nyata terlihat di beberapa tempat di Indonesia. Misalnya, banjir
di Jakarta dan kota-kota besar lainnya selain dipicu oleh buruknya sistem drainase di
dalam kota itu sendiri, juga dipicu oleh buruknya manajemen daerah tangkapan air
(catchment area) di hulu, lemahnya koordinasi kebijakan antar pemerintah daerah
dalam bekerjasama mengelola daerah aliran sungai (DAS) pada agro-ekosistem,
sistem produksi komoditas yang menjadi aktivitas ekonomi masyarakat setempat.

Sangat kecil kemungkinan bahwa pemanasan global hanya disebabkan oleh variasi
alamiah, faktor aktivitas manusia menjadi sangat dominan dalam perubahan dan
pemanasan global akhir-akhir ini. Peningkatan frekuensi dan magnitude kejadian-
kejadian iklim ektrim saat ini diduga terkait dengan pemanasan global sebagai salah
satu indikasi gejala perubahan iklim. 

Daerah tropis di sepanjang wilayah equator juga
merupakan daerah yang sangat rentan dengan perubahan iklim. Sumberdaya air
menjadi issue penting dalam kaitannya dengan perubahan iklim yang terjadi.
Perubahan pola hujan dan pergeseran musim menjadi fenomena alam yang harus
diantisipasi karena telah menyebabkan perubahan pola tanam di sebagian besar lahan
pertanian. Pemanasan global sebagai salah satu aspek perubahan iklim berpotensi
meningkatkan proses transfer uap air ke atmosfer yang menyebabkan kelembaban
atmosfer meningkat. Konsekuensi dari fenomena ini adalah secara spasial akan terjadi
peningkatan curah hujan di beberapa wilayah dan pengurangan di beberapa wilayah
lain. 

Secara temporal akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan
dan penurunan jumlah curah hujan pada musim kemarau (Handoko et al. 2008).
Diperkirakan pada 2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus
dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam
akibat naiknya air laut (WWF, 2008). Fenomena tersebut menjadi lebih serius ketika
di Indonesia tidak banyak gerakan dan langkah-langkah signifikan untuk melakukan
antisipasi, adaptasi dan mitigasi pemanasan global. Maksudnya, kekeringan dalam waktu relatif singkat telah mengancam sistem produksi pangan dan penyediaan air bersih yang sangat signifikan.

Beberapa studi lain yang dapat diakses menyebutkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang (coral bleaching) seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. Musim kering hebat pada tahun 1993, 1998 dan 2002 di Indonesia yang telah menurunkan produksi pangan sangat signifikan sebagian dapat dikaitkan dengan fenomena pemanasan global, terutama perubahan suhu permukaan ratarata. 

Di samping itu, pemanasan global dianggap sebagai pemicu berbagai penyakit tropis yang sebenarnya hampir dilupakan orang karena perbaikan sanitasi dan kualitas hidup sejak dekade 1980an. Pada kenyataannya, penyakit-penyakit seperti demam berdarah, malaria dan kolera kini semakin mudah dijumpai di beberapa negara berkembang, dan kebetulan berlokasi di sekitar katulistiwa (WWF, 2008).

Sebenarnya beberapa elemen masyarakat telah mencoba meningkatkan
pemahaman masyarakat, edukasi massa dan himbauan untuk mengurangi dampak
buruk pemanasan global. Masyarakat sebenarnya telah cukup paham tentang
penghematan energi listrik, kendaraan bermotor, penerbangan dan pembakaran hutan
secara membabi buta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun