Menjadi perantau memang akan selalu ada hal baik dan kurang baiknya. Hal baiknya adalah kita (merantau untuk bekerja) bisa meniti karir, mencari rezeki dan menambah banyak pengalaman dari rantau orang, bahkan banyak bukti nyata orang-orang sukses di perantauan. Sementara hal kurang baiknya yaa harus selalu siap menerima kabar apa saja dari kampung halaman dan belum lagi tidak bisa pulang karena beberapa alasan.
Dulu, saya merantau sampai sejauh ini memang kurang mempertimbangkan secara matang, hanya ingin 'Mencoba' saja kalau cocok ya lanjut kalau Nggak ya kan masih bisa pulang, karena rezeki itu memang harus dikejar. Dan Alhamdulillah, rezekinya ada di sini. Otomatis harus bisa beradaptasi dengan daerah asal yang bahkan sudah beda pulau.
Posisinya saya memang seorang yang merantau di pulau Jawa (Tangerang) sejak Agustus 2023. Sebagai perantau yang jauh dari kampung halaman, banyak moment atau acara yang terlewatkan dan tidak bisa diikuti dan dibersamai di rumah.
Yang pertama adalah saat September 2023 kakak saya wisuda, walaupun bagi sebagian orang itu adalah hal biasa, namun saya sedih karena tidak bisa hadir di sana. Saya hanya bisa menitipkan kado kepada calon Abang ipar saya(pacar kakak saya). Dan saya berulang kali minta maaf karena tidak bisa ikut.
Selain itu, ada juga moment yang membuat saya merasa sangat sedih sekali, yaitu pada 28 Desember 2024 adik saya yang berumur 16 tahun meninggal karena sakit, beberapa bulan terakhir dia memang sering mengeluhkan soal rasa sakit di perut, kepala dan juga badannya mudah lemas. Saat mendengar kabar itu, saya hanya bisa menangis dan menangis, hampir tiap malam saya menangis, karena tidak bisa melihat adik saya untuk terakhir kalinya, karena terakhir kali melihatnya adalah saat hendak berangkat merantau Agustus 2023 lalu.
Saya merasa sedih, dan merasakan kehilangan yang teramat dalam karena sudah menciptakan memori dan kenangan dengannya selama 16 tahun. Setiap saya menelpon ke ayah/Umak, dan saudara, saya merasa kehilangan sosoknya, walaupun dia dikenal pendiam tapi terkadang dia juga banyak cerita. Dan saat mudik lebaran kemarin saya merasa sedih kembali apalagi melihat teman sebayanya saya teringat akan adik saya. Al-fatihah untuk adik saya, semoga Allah memberikan sebaiknya tempat kembali padanya.
Saya sempat dicecar dengan pertanyaan pada saat adik saya meninggal kenapa tidak pulang kampung kan bisa ambil cuti/izin?. Pada saat itu saya hanya punya sedikit tabungan, apalagi ongkos naik pesawat pulang balik Jakarta ke Medan itu tidaklah murah dan dari Medan juga harus naik bus sekitar 15 jam lagi agar sampai ke kampung halaman. Karena kebetulan ayah dan Umak saya juga menyarankan tidak usah pulang dengan pertimbangan itu tadi, ongkosnya mahal.
Tanggal 18 April 2025 saat kakak saya menikah, saya juga tidak bisa membersamai acara itu, saya berulang kali minta maaf pada kakak karena kedua kalinya tidak bisa hadir di moment spesialnya. Saya dengan kakak sangat dekat, bahkan sejak kecil tidak pernah sekalipun terlibat dalam pertengkaran layaknya kakak beradik, hal itu sering kali membuat teman seumuran iri dengan keakraban kami. Kemudian saya chatting dengan adik laki-laki yang umurnya empat tahun bedanya dengan saya. Namun dia menenangkan tidak masalah dan tidak perlu sedih, kakak sudah pasti maklum dengan keadaan yang ga mungkin dipaksakan.
Itulah resiko merantau jauh, apapun kabar dari kampung halaman harus siap menerima dan tidak ikut serta di dalamnya. Mau bagaimana lagi, di perantauan jauh inilah rezeki saya dalam mengais pundi-pundi rupiah, bagaimanapun kata orang, saya juga tidak bisa berkata apa-apa, untuk sampai disini juga diluar rencana saya sebelumnya.
Jadi, apakah merantau jauh itu keputusan tepat? Walaupun banyak hal yang saya lewatkan dan tidak bisa dibersamai di rumah, saya akan tetap mengatakan bahwa merantau kali ini adalah pilihan tepat, karena kalau tidak begitu saya tidak tahu kerja apa di daerah asal, pemikiran tidak berkembang dan mungkin saja kesusahan mengumpulkan uang. Apalagi sekarang jaman sudah canggih dan maju, jika rindu rumah bisa menelpon bahkan video call, jika ada sedikit rezeki bisa dikirim ke mereka, itulah yang selalu saya usahakan selama menjadi perantau.
Namun dibalik itu semua saya selalu yakin ada hikmah yang tersembunyi dibalik suatu hal. Semoga.
Mauliate.