Mohon tunggu...
Ndiken Sergi
Ndiken Sergi Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Almasuh - Papua

Tulis dan Tulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Makna Selebrasi Unik Kemenangan Timnas U-22 Indonesia

4 Maret 2019   17:18 Diperbarui: 4 Maret 2019   17:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture..https://www.youtube.com/watch?v=_Hz94swqLa0

Sebuah foto sejuta makna, sebuah foto sejuta kenangan, sebuah foto sejuta kata-kata, sebuah foto sejuta kisah. Kalimat tersebut dapat menjelaskan foto spontanitas para pemain dalam merayakan selebrasi gol kemenangan Timnas Indonesia yang dicetak oleh Osvaldo Haay pada final piala AFF U-22. Gol pamungkas pemain asal Papua tersebut mengkunci kemenangan 2-1 Indonesia atas Thailand.

Sontak, para pemain Timnas U-22 berlari ke pinggir lapangan merayakan gol pamungkas tersebut dengan selebrasi berdoa dan sujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sambil berdampingan para pemain Timnas U-22 melakukan selebrasi tersebut. Pemain yang beragama Kristen berlutut sambil berdoa, dan pemain yang Muslim melakukan sujud syukur. Bingkai Kebinekaan yang sudah mulai terabaikan, serasa hidup kembali dengan ada-nya fenomena unik di dalam foto tersebut.

Fenomena selebrasi tersebut bagaikan barang antik dan langka yang mempunyai nilai estetika tinggi. Nilai ekonomis tinggi sebuah komoditas ditentukan oleh kualitas, keunikan, kelangkaan dan keberadaan barang tersebut di pasaran. Begitu-pun dengan selebrasi spontanitas yang memiliki nilai pesan moral tinggi untuk bangsa Indonesia. Karena sangat jarang melihat anak bangsa yang majemuk, hidup rukun dan damai di dalam perbedaan. Nilai-nilai toleransi dan kebinekaan sudah seperti barang antik yang langkah di Negara ini. Apa-lagi ketika berbicara dalam konteks Agama.

Maka tidak-lah heran jika melihat foto selebrasi tersebut akan membuat kita tersentak dan merenung di dalam hati. Sebab foto tersebut bagaikan barang antik ; langka. Foto tersebut bagaikan barang unik di tengah suhu eskalasi politik yang semakin memanas dalam kontestasi Pilpres 2019.

Para pemain Timnas Indonesia U-22 mereka bekerjasama, bahu-membahu dalam membela panji Merah Putih. Ada pemain yang beragama Kristen dan ada pemain yang beragama Islam. Ada Papua, ada Sumatera, ada Jawa, ada Sulawesi dan lain sebagainya. Representasi Kebinekaan menjadi semangat tersendiri dalam menghadapi tantangan, halangan dan rintangan. Dengan perbedaan itu-pula mereka berhasil membawa pulang Piala AFF U-22 dan disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia.

Bayangkan saja, apa yang akan terjadi, jika fenomena isu-isu kontra produktif yang berkembang dalam dunia politik Indonesia, berafiliasi ke dalam Timnas U-22. Apa-kah para pemain dapat berkonsentrasi ? Apa-kah para pemain dapat bekerjasama ? Bagaimana suasana kebatinan para pemain ? Yang terjadi adalah, dikotomi politik dalam kontestasi Pilpres 2019 tidak mampu menembus batas tembok Kebinekaan yang sudah terbangun di dalam Timnas U-22.

Menurut para pakar pisikologis, reaksi reflektif ; spontanitas adalah, salah satu celah untuk melihat kepribadian seseorang (baca: disini). Kepribadian seseorang terbentuk dari kebiasaan sehari-hari. Pikiran membentuk tindakan, tindakan, membentuk sifat, sifat membentuk kebiasaan, kebiasaan membentuk karakter. Reaksi spontanitas para pemain Timnas dalam merayakan selebrasi tersebut, merupakan gambaran kepribadian mereka. Walau-pun berbeda keyakinan, tetapi mereka tidak saling membeci. Walaupun berbeda suku, tetapi mereka saling bergandengan tangan dan bekerjasama. Mungkin para politikus di Republik ini, harus belajar dari semangat para "pucuk" muda tersebut.

Virus politik yang bersifat destruktif jangan sampai menyerang sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Strategi-strategi politik yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila, sebaikya tidak diadopsi dan dipraktek-kan. Aktor-aktor intelektual yang memainkan isu agama demi syahwat kekuasaan, jangan sampai menjadi "bom waktu" dikemudian hari. Pernyataan Prabowo Subianto yang mengutip sebuah buku tentang bubarnya NKRI pada tahun 2030, jangan sampai menjadi kenyataan. Kebiasaan berpolitik yang tidak etis dan menghalalkan segala cara, jangan sampai menjadi embrio disitegrasi bangsa secara massif.

Marilah belajar dari foto selebrasi tersebut. Marilah merenung dari foto selebrasi tersebut. Marilah menggali nilai filosofis dari foto tersebut. Kita berbeda di luar lapangan hijau, tetapi kita adalah satu kesatuan di atas lapangan hijau. Lapangan hijau bukan lagi hanya sebatas sarana olahraga, tetapi lapangan hijau adalah alat untuk pemersatu bangsa. Lapangan hijau adalah alat untuk merajut benang kebinekaan yang sudah mulai kusam dan rusak . Lapangan hijau adalah alat untuk menurunkan suhu politik yang semakin memanas. Lapangan hijau adalah bagian dari asset bangsa yang harus dijaga eksistensi-nya.

Sepak bola adalah semangat kami para rakyat jelata dan jangan kalian ambil. Sepak bola adalah hiburan kami para rakyat jelata dan jangan kalian rampok. Sepak bola adalah jiwa raga kami para rakyat jelata dan jangan kalian politisasi. Sepak bola jangan kalian (elit politik) jadikan sebagai sarang penyamun dan lahan untuk memperkaya diri pribadi, kelompok dan golongan.

Ketika kami sedih, dunia sepak bola dapat menghibur kami. Ketika kami berduka, dunia sepak bola dapat menghibur kami. Ketika kami kesusahan, dunia sepak bola dapat menghibur kami. Ketika kami terhimpit masalah ekonomi, dunia sepak bola dapat menghibur kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun