Pada Senin (22/09/25) sebanyak 475 siswa yang menjadi korban keracunan usai mengkonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor. Kemudian korban bertambah pada Rabu (24/09/25) menjadi 500 orang. Dan di hari yang sama, pada Rabu (24/09/25) korban bertambah lagi sejumlah 60 orang di Kecamatan Cihampelas. Dan para siswa itu berasal dari sekolah di daerah Kecamatan Cipongkor dan Kecamatan Cihampelas.Â
Tak berakhir dari situ, jumlah korban semakin bertambah. Jika diakumulasikan total jumlah siswa di Bandung Barat yang keracunan sekitar 1.333 siswa. Para korban merasakan gejala dari mulai mual, muntah, pusing juga sesak nafas. Ada beberapa siswa juga yang harus dirawat di rumah sakit salah satunya di RSUD Cililin.
Penanganan dilakukan secara menyeluruh mulai dari menyediakan ambulans, tenaga medis dari KBB, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung juga menyediakan rumah sakit di sekitar KBB. Sekda (Sekretaris Daerah) Jawa Barat mengatakan ia telah melihat secara langsung korban-korban yang keracunan MBG di Bandung Barat. Ia memastikan penanganan terhadap korban dilakukan dengan baik.
Menurut keterangan Badan Gizi Nasional (BGN) dugaan penyebab keracunan ini adalah proses memasak yang terlalu awal, sehingga makanan dibiarkan terlalu lama sebelum  dibagikan. Seharusnya makanan dibagikan maksimal empat jam untuk menjaga kualitas dan juga keamanan. Dengan adanya kasus ini  pemerintah Kabupaten Bandung Barat bahkan menutup dapur SPPG di daerah Bandung Barat.
Lalu solusi apa yang dapat dilakukan untuk menangani keracunan ini? Dilansir dari kompas.id Yogi menuturkan, anak yang mengalami keracunan perlu diistirahatkan terlebih dahulu. Hal ini penting karena sebagai bentuk pemulihan. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â "Walaupun muntah-muntah, tetap didorong untuk minum yang banyak. Mungkin dengan cara diberikan sedikit-sedikit dengan porsi yang kecil, tapi sering sehingga bisa mengganti cairan yang keluar tadi. (Minum) bisa dengan air atau oralit," jelasnya.
Tidak terbayang orang tua korban yang mengharapkan anak-anaknya makanan makanan yang sehat dan bergizi dari program pemerintah. Namun ternyata anak-anak mereka dilarikan ke rumah sakit karena keracunan. Para orang tua siswa pun menuntut agar program ini dihentikan. Tetapi, terkait tuntutan tersebut akan dilaporkan ke bagian BGN karena otoritasnya ada di BGN.
Program ini pun di dukung oleh Provinsi Jawa Barat dan juga didukung Gubernur Jawa Barat (Dedi Mulyadi). Terkait dari teknis dan juga kekurangan dalam program ini tentu harus dievaluasi. SEKDA atau Sekretaris Daerah (Herman) juga mengklaim bahwa sebagian besar orang tua siswa yang merasakan manfaatnya. Maka dari itu, ia meminta agar masyarakat lebih bijak dalam menyikapi kejadian ini.
Pada Senin (22/09/25) sebanyak 475 siswa yang menjadi korban keracunan usai mengkonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor. Kemudian korban bertambah pada Rabu (24/09/25) menjadi 500 orang. Dan di hari yang sama, pada Rabu (24/09/25) korban bertambah lagi sejumlah 60 orang di Kecamatan Cihampelas. Dan para siswa itu berasal dari sekolah di daerah Kecamatan Cipongkor dan Kecamatan Cihampelas.Â
Tak berakhir dari situ, jumlah korban semakin bertambah. Jika diakumulasikan total jumlah siswa di Bandung Barat yang keracunan sekitar 1.333 siswa. Para korban merasakan gejala dari mulai mual, muntah, pusing juga sesak nafas. Ada beberapa siswa juga yang harus dirawat di rumah sakit salah satunya di RSUD Cililin.
Penanganan dilakukan secara menyeluruh mulai dari menyediakan ambulans, tenaga medis dari KBB, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung juga menyediakan rumah sakit di sekitar KBB. Sekda (Sekretaris Daerah) Jawa Barat mengatakan ia telah melihat secara langsung korban-korban yang keracunan MBG di Bandung Barat. Ia memastikan penanganan terhadap korban dilakukan dengan baik.
Menurut keterangan Badan Gizi Nasional (BGN) dugaan penyebab keracunan ini adalah proses memasak yang terlalu awal, sehingga makanan dibiarkan terlalu lama sebelum  dibagikan. Seharusnya makanan dibagikan maksimal empat jam untuk menjaga kualitas dan juga keamanan. Dengan adanya kasus ini  pemerintah Kabupaten Bandung Barat bahkan menutup dapur SPPG di daerah Bandung Barat.