Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya ruang bertinggal atau yang juga dikenal dengan sebutan dwelling merupakan konsep yang sangat berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan. Hal tersebut tentunya berkaitan erat dengan konsep dari ruang bertinggal (dwelling) yang menjadi bagian integral dari eksistensi manusia. Lalu, apakah itu ruang bertinggal atau dwelling ini? Ruang bertinggal atau dwelling pada dasarnya bukan hanya sekedar tempat tinggal yang berbentuk fisik saja, melainkan juga melibatkan adanya berbagai cara dari seorang manusia dan juga kelompok manusia dalam melakukan beberapa hal lebih yang lebih bermakna termasuk mengalami, menginterpretasikan, serta melakukan interaksi terhadap ruang-ruang yang ditempati olehnya.
Heidegger juga menjelaskan mengenai pemahaman dirinya terkait dengan dwelling ini. Menurut Heidegger sendiri, dwelling merupakan bentuk fenomena dengan melibatkan adanya hubungan yang bersifat kompleks yakni antara manusia dengan alam yang ada di dunia. Dwelling atau ruang bertinggal juga berperan dalam melibatkan manusia dalam berdiam, berada, dan juga hidup pada dunia dengan cara yang autentik dan tentunya juga melibatkan pemahaman terkait dengan identitas, makna, serta eksistensi seseorang sebagai manusia. Jika dilihat berdasarkan konteks dari filosofis beserta antropologis, sejatinya konsep dari dwelling ini juga memberikan keterlibatan makna secara lebih mendalam mengenai perasaan ketertarikan, kedalaman pengalaman, serta hubungan dari manusia pada suatu tempat yang ditinggali. Tak hanya itu, singkatnya juga dwelling pada intinya memberikan kesan bagi seseorang terhadap adanya rasa aman, nyaman dan juga merasa terlindungi dari lingkungan luar.
Terdapat elemen lain yang menurut pandangan Heidegger merupakan hal yang juga sangat penting dan memiliki keterkaitan serta dapat saling mempengaruhi seperti dwelling, yakni building. Aktivitas dari konsep building ini memiliki tujuan agar dapar menciptakan suatu lingkungan fisik yang dapat menjadi wadah untuk aktivitas manusia di dalam dwelling. Sedangkan jika dilihat dari sisi yang lain, pengalaman dari dwelling juga dapat mempengaruhi cara manusia dalam melakukan penataan dalam bangunan (Building).
Setelah melihat penjelasan diatas, kemudian apakah makna dari ruang bertinggal atau dwelling bagi saya pribadi? Sejatinya, saya memaknai ruang bertinggal sebagai bentuk dari proses perjalanan untuk menuju kedamaian di dalam diri saya. Maksudnya seperti apa? Dalam hal ini ruang bertinggal dapat menciptakan harmoni di antara ruang-ruang dan juga jiwa dari diri saya yang kemudian menggambarkan bagimana setiap sudutnya mampu mecerminkan setiap bagian dari diri saya yang tersembunyi dan tidak sepenuhnya saya tampilkan di lingkungan luar. Dalam hal ini ruang bertinggal yang saya maksud ialah kamar kos saya yang saya miliki dan tempati selama kurang lebih hampir 3 tahun.
Saya juga memaknai kamar kos yang menjadi ruang yang saya tinggali tersebut sebagai tempat dimana saya dapat secara nyaman mengerjakan banyak hal dalam proses saya menggapai Impian dan gelar di kota perantauan ini. Tentu saja kamar kos tersebut telah menjadi saksi bangun jatuh nya saya dalam berjuang menghadapi dan mengerjakan seluruh pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan selama menjadi mahasiswa. Kamar kos tersebut juga yang menjadi saksi bagaimana saya pada waktu tertentu akan merenung dengan sendirian meratapi kerinduan dengan keluarga besar yang berada jauh disana.
Menurut saya pribadi, kamar kos yang saya miliki juga merupakan bentuk cerminan dari identitas saya. Dalam hal ini saya melakukan dekorasi kamar kos saya sesuai dengan gaya yang saya inginkan. Didalam kamar kos tersebut juga dihiasi dengan beberapa atribut penghargaan atas pretasi saya seperti plakat, selempang kegiatan kedutaan, piagam dan lain sebagainya. Hal tersebut menurut saya pribadi dapat mencerminkan diri saya yang ambisius. Kemudian penataan dari ruang kamar kos tersebut juga saya lakukan terlebih saat baru awal-awal menempati kos tersebut. Hal tersebut saya atur sesuai dengan preferensi saya dimana saya menyukai ruangan yang rapi namun tidak bersifat minimalis (Melainkan dapat dipenuhi oleh barang-barang yang saya sukai). Â
Setelah mengulik terkait dengan makna dan aktivitas dari ruang bertinggal yang dalam hal ini ialah kamar kos saya, lalu bagaimanakah saya menentukan konsep dari ruang bertinggal yang nyaman bagi saya? Menurut saya pribadi, menentukan ruang bertinggal yang nyaman pada dasarnya dapat dilihat dari faktor bagaimana ruangan bertinggal tersebut pada akhirnya dapat menjadi tempat yang mendukung kebahagian dan juga produktivitas serta mampu mendukung terpenuhnya kebutuhan dasar yang bersifat individual dari saya pribadi. Hal tersebut sesuai dengan teori Kolcaba, 2003 terkait dengan kenyamanan yang juga menjelaskan seperti demikian. Kenyamanan dari ruang bertinggal (kamar kos) tersebut bagi saya dapat berupa dari ukuran nya yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, melainkan cukup untuk diri saya sendiri. Kemudian ruang bertinggal yang nyaman menurut saya juga ketika ruang tersebut dapat memberikan rangsangan yang baik terhadap Indera saya seperti halnya suhu ruang bertinggal yang pas dan nyaman, terdapat ventilasi, juga suara-suara yang tidak terlalu bising ketika berada di ruang bertinggal tersebut sehingga hal-hal tersebut pada akhirnya dapat membawa kepada kenyamanan.
Saya juga menentukan kenyamanan dari ruang bertinggal dari sisi apakah ruang tersebut dapat menjadi ruang yang menjaga semua privasi saya. Hal ini karena dalam ruang bertinggal tersebut tentunya akan ada peranan saya berupa mendekorasi, penataan ruang nya, pilihan furnituran dan lain sebagainya dengan dasar kesukaan atau preferensi pribadi yang saya miliki. Oleh karena itu, jelas bahwa ruang bertinggal tersebut dapat menjadi sumber dari cerminan diri saya. Kenyamanan dari ruang bertinggal juga dipengaruhi oleh fasilitas atau kelengkapan yang ada pada ruang tersebut. Jika diamati pada ruang bertinggal yang saya miliki, memang kondisi ruang bertinggal saya saat ini (kamar kos) sudah memberikan kesan nyaman untuk saya pribadi, hanya saja masih terdapat beberapa keperluan dan fasilitas-fasilitas yang tidak tersedia didalamnya.
Akhir dari artikel ini, dapat disimpulkan bahwa dwelling merupakan konsep yang dapat mempengaruhi aspek kehidupan saya. Dwelling dalam hal ini ialah sebuah kamar kos saya. Tentu saja kamar kos tersebut sangat bermakna bagi saya, karena telah menjadi saksi bagaimana perjalanan saya sebagai anak kos dan jauh dari perantauan berusaha untuk dapat survive. Dinding kamar kos saya merupakan objek yang pertama kali melihat semua perasaan yang saya alami di keluarkan disana, sedih, bahagia, panik, takut, dan lain sebagainya. Kamar kos tersebut juga menjadi cerminan identitas diri dari seorang "Septian Radi" dan tentu saja berbagai macam aktivitas sudah saya lakukan didalamnya mulai dari belajar, mengasah kemampuan dan hobi, hingga bersenang-senang seperti bernyanyi dan bermain handphone. Saya juga menentuan ruang bertinggal yang nyaman bagi saya dengan melihat berbagai macam aspek seperti kelengkapan fasilitas, tertutup dan dapat menjadi ruang privasi, ukurannya yang pas dan lain sebagainya.
"Sebuah ruang bertinggal bukan hanya tempat, tetapi cermin dari jiwa yang mendiaminya."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI