Mengikuti kegiatan asistensi mengajar di bawah naungan Universitas Negeri Malang menjadi salah satu pengalaman paling berkesan dan membentuk dalam perjalanan akademik saya. Bersamadelapan rekan hebat dalam satu tim, kami menjalankan serangkaian program kerja yang tidak hanya mendekatkan kami dengan dunia pendidikan dasar, tetapi juga membentuk karakter kepemimpinan, tanggung jawab, serta kepekaan sosial kami sebagai calon pendidik.Kami merancang dan melaksanakan empat program utama yang masing-masing memiliki nilai dan tantangan tersendiri. Program pertama adalah "Mading Fest di Bulan Ramadhan", yang menjadi ajang kreativitas dan spiritualitas siswa. Kegiatan ini mendorong siswa untuk menuangkan ide, cerita, dan ekspresi mereka dalam bentuk majalah dinding bertema Ramadhan. Antusiasme mereka luar biasa, dan kami merasa bangga karena mampu menghadirkan nuansa ibadah yang menyenangkan dan edukatif di lingkungan sekolah.
Selanjutnya, kami menyelenggarakan sosialisasi anti-bullying, yang menurut kami sangat penting dalam membentuk iklim sekolah yang aman dan inklusif. Dalam kegiatan ini, kami melakukan pendekatan yang menyenangkan melalui drama singkat, diskusi kelompok, dan poster edukatif. Kami belajar bahwa mendengarkan siswa secara aktif dan menciptakan ruang aman untuk berbagi cerita sangat berpengaruh dalam mengurangi praktik perundungan di sekolah.
Program ketiga, Gebyar Karya P5 dan Jalan Sehat, merupakan puncak perayaan hasil belajar berbasis projek. Kami mendampingi siswa dalam menampilkan karya-karya terbaik mereka dari projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sekaligus mengadakan jalan sehat yang melibatkan guru, orang tua, dan warga sekitar. Acara ini mempererat hubungan antar elemen sekolah dan masyarakat, sekaligus menjadi sarana refleksi bahwa pembelajaran tidak selalu harus di dalam kelas.
Program terakhir yang kami jalankan adalah Revitalisasi Perpustakaan Sekolah. Kami berupaya menata ulang perpustakaan menjadi ruang baca yang nyaman, menarik, dan ramah anak. Kami juga menambahkan hiasan edukatif dan sistem peminjaman sederhana berbasis kartu. Melalui kegiatan ini, kami menyadari bahwa minat baca siswa bisa tumbuh jika mereka merasa dihargai dan memiliki akses yang menyenangkan terhadap buku.
Selama masa asistensi, kami tidak hanya bertugas di satu kelas, melainkan berinteraksi dan mengajar di semua kelas, mulai dari kelas I hingga kelas VI. Hal ini memberikan tantangan tersendiri karena kami harus mampu menyesuaikan pendekatan dan metode mengajar sesuai dengan usia serta karakteristik siswa di tiap jenjang. Mengajar siswa kelas I yang masih belajar membaca tentu berbeda dengan mendampingi siswa kelas VI yang sudah lebih kritis dan mandiri.
Selain itu, mata pelajaran yang kami ajarkan pun sangat beragam, mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, hingga Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Kami juga sering membantu guru kelas dalam kegiatan-kegiatan tambahan seperti prakarya, kebersihan lingkungan, serta mendampingi siswa saat olahraga. Pengalaman ini mengajarkan kami untuk lebih fleksibel dan kreatif dalam menyampaikan materi, karena setiap pelajaran memiliki tantangan dan cara penyampaian yang berbeda.
Dari seluruh rangkaian kegiatan, pengalaman paling berharga bukan hanya tentang keberhasilan program yang kami jalankan, melainkan bagaimana kami bekerja sama sebagai tim yang solid, saling mendukung, dan tumbuh bersama. Setiap tantangan yang kami hadapi di lapangan komunikasi dengan guru, adaptasi dengan karakter siswa, hingga keterbatasan fasilitas telah kami lalui dengan semangat kolaboratif dan komitmen untuk memberikan dampak yang nyata. Selama asistensi, kami juga banyak belajar dari para guru di SDN 4 Karangtengah yang penuh dedikasi. Para guru menginspirasi kami untuk menjadi pendidik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tulus dan sabar dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anak.
Asistensi mengajar di SDN 4 Karangtengah adalah pengalaman yang sangat berharga. Kami merasa bangga dapat menjadi bagian kecil dari proses pendidikan anak-anak di sana. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kami, tetapi juga membentuk karakter dan semangat kami untuk terus belajar, berbagi, dan mengabdi di dunia pendidikan.
Asistensi mengajar ini telah membuka mata saya bahwa menjadi guru bukan sekadar mengajar, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa semangat baru bagi lingkungan sekolah. Pengalaman ini semakin mengukuhkan impian saya untuk menjadi pendidik yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peka terhadap kebutuhan sosial, budaya, dan emosional peserta didik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI