Mohon tunggu...
Septyan EkaSaputra
Septyan EkaSaputra Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Mahasiswa yang menulis blog

Not just for a task

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bentuk Diplomasi Koersif dalam Perjanjian AUKUS

1 Desember 2021   13:11 Diperbarui: 2 Desember 2021   07:39 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Diplomasi adalah sebuah cara dialog antara pemerintahan dua negara atau lebih dengan cara dialog demi mempengaruhi dan terciptanya keputusan yang menguntungkan negara tersebut. Sedangkan Diplomasi Koersif adalah cara diplomasi yang menggunakan ancaman atau paksaan terhadap negara lain demi terciptanya keputusan yang menguntungkan negara yang melakukan diplomasi ini.

Dalam hal ini, Diplomasi Koersif sering dilakukan oleh negara “superpower “ yang mana negara ini mampu memberikan ketakukan lebih kepada negara tujuan. Kekutan adalah hal utama dalam diplomasi koersif karena mampu memberikan ancaman, intimidasi, dan tekanan kepada negara tujuan sehingga memberikan keuntungan terhadap negara yang melakukan diplomasi ini.

Beberapa waktu lalu Amerika, Britania Raya, dan Australia menandatangani sebauh kerjasama yang dikenal sebagai AUKUS. Yaitu kerjasama pembuatan kapal selam bertenaga nuklir Australia. Kesepakatan ini akan membuat AS dan Inggris memberi Australia teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk pertama kalinya. (BBC News , 2021) Kesepakatan AUKUS akan memberikan kapal selam bertenaga nuklir (bukan bersenjata nuklir) ke Australia berdasarkan desain AS dan Inggris dan mempromosikan kolaborasi cyber dan kecerdasan buatan. AUKUS menawarkan keuntungan keamanan dan politik bagi ketiga negara tersebut. (Storella, 2021)

China yang sangat menentang kerjasama ini karena dianggap mengganggu stabilitas Asia Pasifik. China merasa bahwa perjanjian ini yang bertujuan untuk membendung pengaruh China di kawasan Asia Pasifik yang meningkat sangat tidak manusiawi dan mengatakan bahwa perjanjian ini adalah tindakan yang terkutuk. 

Menteri Luar Negeri China Wang Yi menegaskan kembali bahwa pengaturan AUKUS “dapat memicu risiko proliferasi nuklir, mendorong babak baru perlombaan senjata, dan merusak kemakmuran dan stabilitas regional”. Beijing membuat komentarnya tentang AUKUS dengan ketidaksetujuan dan kecurigaan. 

Zhao Lijian juga mengatakan “kerjasama kapal selam nuklir antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah secara serius merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata dan merusak upaya non-proliferasi internasional”. (Deng, 2021)

Malaysia dan Indonesia juga merasa keberatan dengan kerjasama ini dikarenakan mengganggu keamanan regional yang bebas dari kerjasama nuklir. Penolakan terkuat datang dari Malaysia dan Indonesia yang menganggap bahwa kerjasama ini akan memicu perlombaan senjata di ASEAN yang bebas teknologi nuklir dan menggangu stabilitas kawasan.

Menurut Direktur Jenderal Indonesia untuk Asia, Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani, yang menulis bahwa Australia, negara Perjanjian Non-Proliferasi pertama yang membangun kapal selam bertenaga nuklir, 'dapat menjadi preseden berbahaya' untuk diikuti oleh negara lain. Dalam artikel yang sama, Jailani menunjukkan, bagaimanapun, bahwa proyek kapal selam bertenaga nuklir Australia tidak melanggar Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara. (Djalal, 2021)

Selain mendapat tangggapan dari negara di kawasan Asia-Pasifik. Korea Utara juga ikut berkomentar terkait perjanjian diantara ketiga negara ini. Korea Utara mengutuk pakta pertahanan baru oleh Amerika Serikat, Australia dan Inggris, dan rencana untuk berbagi teknologi kapal selam nuklir dengan Australia, dengan mengatakan kesepakatan itu dapat memicu perlombaan senjata nuklir dan mengganggu keseimbangan di kawasan Asia-Pasifik. 

"Ini adalah tindakan yang sangat tidak diinginkan dan berbahaya yang akan mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik dan memicu rantai perlombaan senjata nuklir," kata media berita pemerintah Korea Utara, Korean Central News Agency, mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri. “Sangat wajar jika negara-negara tetangga termasuk China mengutuk tindakan ini sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab yang menghancurkan perdamaian dan stabilitas kawasan dan sistem nonproliferasi nuklir internasional dan mengkatalisasi perlombaan senjata,”. (Pannett, 2021)

Perjanjian ini juga mengundang tanggapan dari Rusia, mereka mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya prihatin bahwa perjanjian pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat akan memungkinkan Australia untuk memasuki kelompok negara terpilih yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Moskow mengatakan awal pekan ini bahwa pihaknya sedang mencari informasi lebih lanjut tentang pakta tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun