Mohon tunggu...
Sepriana Ritonga
Sepriana Ritonga Mohon Tunggu... Aktif

sebagai Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Sumpah Pemuda di Era Reformasi

27 Oktober 2020   14:31 Diperbarui: 27 Oktober 2020   14:40 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Mengungkap kembalinya sumpah pemuda sebagai salah satu tonggak kebangsaan Indonesia yang di peringati atau di kenang memberi bahan renungan sesuai dengan perkembangan tantangan permasalahn. sebagaimana kita ketahui bahwa pada dasarnya sejarah itu dapat di bagi dua, yaitu sejarah sebagai peristiwa yang terjadi  pada masa lalu (histoire realite) dan sejarah bagaimana diceritakan (historis recite) untuk kepentingan melihat kembali sumpah pemuda di era reformasi, cara pandang Soekorno trimurti atau trimatra. Yaitu masa lalu yang juya (the glorius post) masa kini yang cerah (the promising future atau the golden fiture) menarik untuk digunakan dalam melihat persoalan mendasar pasang surut rasa kebangsaan Indonesia sebagai suatu bangsa.

Persoalan kebangsaan yang terumuskan dalam sumpah pemuda, bukan lah sebagai peristiwa yang muncul personal secara tiba- tiba  namun peristiwa tersebut juga berbagai  hasil dari proses panjang mulai dari kebangkitan nasional.

Pemuda adalah agent of change terkait dengan sumpah pemuda, ungkapkan ini benar adanya dalam sejarah nya, perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu kolonialisme, yang lebih mengutamakan fantisme kedaerahan salam tiga abad, memasuki sejarah baru dengan  bangkitnya sejumlah pemuda mendirikan organisasi kepemudaan Nasional.

Perjuangan yang ada awalanya lebih bersifat kultural berubah menjadi perjuangan yang membawa isu - isu nasionalisme dengan lebih mengedepankan diplomasi polotik.tercatat pada tahun 1915 an berdiri sejumlah besarnya organisasi kepemudaan yang masih bersifat kedaerahan , seperti Tri koro Darmo yang kemudian menjadi Jong lava (1915).

 Dan kongres di laksanakan nya di tiga gedung yang berbeda dan di bagi dalam tiga kali rapat.rapat pertama kalinya Sabtu 27 Oktober 1928 . Di gedung katholieke jongenligen Bond (kjb) . lapangan banteng. Dalam kesempatan itu soengando berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun