Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karunia Terbesar dalam Hidup

19 Februari 2020   15:38 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:24 6578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Allah begitu banyak memberikan kasih karunia /anugrah kepada kita, dan kasih karunia itu adalah sesuatu yang tidak layak kita terima tetapi diberikan Allah. Kasih karunia itu diberikan bukan tergantung pada manusia (bukan karena dia pekerja keras, kaya dan pintar) tetapi tergantung pada kemurahan hati Allah diberikan kepada siapa yang Dia inginkan. Dalam Yoh 1:1-14 juga menjelaskan beberapa kasih karunia yang Allah berikan kepada orang-orang tertentu, antara lain : 

Yesus Memberi Hidup Yang Sesungguhnya (1-5)

Dalam ay 4 ada sebuah kalimat yang menarik, yang di alamatkan kepada Yesus Kristus  : Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.  Jelas kalimat ini tidak bisa di ucapkan oleh manusia seluhur or semulia apapun, walaupun ia adalah Prof, DR kitab suci & tidak pernah buat dosa, tidak bisa mengatakan kalimat seperti ini, karena pasti tidak akan terbukti.

Karena kalau dilihat dari pada konteksnya maka kata "hidup" yang dimaksud di situ adalah subyek yang bisa menghidupi manusia secara rohani : Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Berarti subyek/Kristus itulah yang bisa memberi kehidupan atau menerangi manusia. Jika manusia tanpa subyek/Kristus maka ia dalam kondisi mati/ gelap.

Tetapi karena ia memiliki Kritus maka dari mati menjadi hidup, dari gelap menjadi terang dan hal ini akan terus berlaku sampai kehidupan yang kekal..... karena dikatakan dalam ay selanjutnya "kegelapan tidak bisa menguasainya". Kalau kegelapan tidak bisa menguasai kita, maka kita akan hidup selamanya. Inilah hidup yang sesungguhnya.

Kalau kita semua anak Tuhan punya konsep seperti ini bahwa hanya di dalam Tuhanlah ada hidup yang sesungguhnya maka kita tidak terjebak dan terfokus dalam konstelasi hidup yang bersifat semantara. Karena kalau kita tidak melihat pada hidup yang sesungguhnya maka kita hanya akan melihat pada hidup yang sementara. 

Hidup untuk bisa makan dan minum, hidup untuk kebanggaan dan popularitas diri, hidup hanya untuk keluarga, akhirnya kita yang menjadi tuan atas hidup ini bukan lagi Tuhan yang menjadi tuan. Maka wajar hati kita akan aman dan tentram jika punya banyak tabungan, punya asuransi, punya kedudukan, punya keluarga yang baik dan sehat. Tetapi kalau hanya bersandar pada hal-hal yang sementara, hati tidak akan aman.

Baca juga: Gelar, Lambang dan Karunia Roh Kudus dalam Gereja

Karena semua di dunia bisa berubah yang tidak bisa berubah hanya Kristus, maka bersandar pada Kritsus akan aman.

Ini mungkin sama seperti yang di alami istrinya Ayub : hatinya aman, tentram pada waktu hartanya masih banyak, pada waktu semakin kaya. Mungkin pada waktu Ayub datang menyembah kepada Tuhan dia pun ikut serta, tetapi dia hanya melakukan aktivitas rohani, tetapi hatinya  tidak melekat pada Tuhan. Sehingga pada waktu kondisi dunia berubah menunjukkan siapa sebenarnya istri Ayub,ternyata  hati dia melekat pada dunia ini, tidak melekat pada Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun