Mohon tunggu...
Seniman Gagal
Seniman Gagal Mohon Tunggu... -

Writing is absolutely of the art, so that I am learning it.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemanakah Kaum Buruh Indonesia

23 Februari 2014   01:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Buruh adalah pejuang. Buruh berjuang tak kenal lelah. Namun, Perjuangan kita belum selesai karena kita tahu itu masih panjang. Tapi kenapa perjuangan buruh yang sudah dimulai sejak negara kita merdeka hingga sekarang tidak selesai-selesai, masih jauh dari cita-cita perjuangan, kesejahteraan. Ada apa ini?

Kalau kita telusuri perjuangan kaum buruh saat ini, kita dapat memahami kenapa itu bisa terjadi. Jawabnya adalah karena kaum buruh Indonsia tidak solid. Itu bisa kita lihat, saat ini Serikat Buruh yang ada telah terpecah dalam beberapa Konfederasi (ada 3 konfederasi besar: KSPSI, KSPI, dan KSBSI) dengan puluhan Federasi yang bernaung di bawahnya. Bahkan, saat ini di Kementerian Tenaga Kerja ada 63 Serikat Pekerja yang sudah terdaftar. Ini membuktikan bahwa kita tidak solid. Karena kita sudah terpecah-pecah, maka jangan heran jika dalam aksi-aksi solideritas buruh tiap Konfederasi tidak saling mendukung. Bahkan setingkat DPC pun kita sulit untuk satu suara. Berjuang dengan bendera masing-masing, beraksi dengan jargon masing-masing (together forever, together for future, soliderity forever, soliderity is our life, we are the future, dan sebagainya).

Kalau kita bandingkan dengan buruh di luar negeri, di sana kaum buruh sangat solid. Di belahan Eropa, Amerika, dan Australia, perjuangan kaum buruh sudah tidak lagi di jalan-jalan. Perjuangan politik lewat partai buruh adalah cara effective untuk menjadikan kaum buruh sejahtera. Menjadikan buruh sejahtera adalah menguasai parlemen dan pemerintahan. Bahkan, di beberapa negara maju partai buruh adalah partai besar, mereka menguasai parlemen dan pemerintahan. So, kesejahteraan buruh pun di atas rata-rata, karena mereka adalah pemain kebijakan, “Bola ada di tangan kaum buruh”. Di sini kondisinya terbalik.

Di Indonesia, beberapa tokoh politik coba mengadopsi perjuangan kaum buruh luar negeri. Diantaranya ada Rizal Ramli, Muchtar Pakpahan, Saleh Sahid Harahap, Daniel Hutapea, Dedi Hamid dan lain-lain. Mereka mendirikan partai buruh. Tapi, karena tidak solid partai buruh pun berdiri masing-masing. Kita bisa lihat pemilu 1999, ada 4 partai buruh:

·Partai Solideritas Pekerja

·Partai Buruh Nasional

·Partai Solideritas Pekerja Seluruh Indonesia

·Partai Pekerja Indonesia

Di pemilu 2004 ada 2 partai buruh:

·Partai Buruh Sosial Demokrat

·Partai Pengusaha Dan Pekerja Indonesia

Pemilu 2009 tinggal 1 partai:

·Partai Buruh.

Di setiap Pemilu semua partai buruh tak berkutik. Ironis, padahal di Indonesia jumlah orang yang makan upah (buruh) lebih banyak dari pengupah (pengusaha). Kalau kita solid harusnya kaum buruh kita bisa menang. Di pemilu 2014 lebih memperihatinkan, tidak ada satu pun Partai Buruh. Kemana Buruh-buruh kita yang katanya solid, kompeten, dan bermoral. Apa artinya solideritas? Mau sampai kapan kita beraksi di jalan-jalan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun