Mohon tunggu...
Sendi Wijaya
Sendi Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Mpd Univeritas Pelita Harapan

Seorang mahasiswa magister pendidikan di Universitas Pelita Harapan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masih Relevankah Behaviorisme Dalam Dunia Pendidikan Abad 21?

10 September 2021   19:54 Diperbarui: 10 September 2021   19:57 7725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar secara umum merupakan suatu upaya seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang berguna demi suatu perubahan tingkah laku seseorang ke arah yang benar. Hakikatnya, belajar merupakan upaya seseorang untuk mencari kebenaran yang tentunya perlu didukung oleh beberapa aspek. Di dalam pembelajaran terdapat beberapa aspek yang beperan penting yaitu tentu saja guru dan murid. Selain itu ada beberap aspek lain yang juga sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik yaitu, suasana dalam pembelajaran, peralatan yang ada serta metode pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran sangatlah penting untuk mencapat tujuan pembelajaran dalam kelas. Banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya serta yang mendukung suasana di kelas sesuai dengan karakter murid-murid secara umum di dalam kelasnya. Metode pembelajaran secara umum didasari oleh teori belajar. Ada 4 teori belajar yang menjadi landasan metode belajar: behaviorisme, kognitivisme, konstrutivisme dan konektivisme. Pada refleksi kali ini, saya akan membahas teori behaviorisme dan bagaimana penerapannya serta apakah sebetulnya metode belajar yang didasari teori ini masih relevan dengan Pendidikan abad 21?

Teori belajar behaviorisme sangatlah berkaitan dengan psikologi pendidikan. Teori ini diperkenalkan oleh John B. Watson, beliau dikenal sebagia Bapak Behaviorisme yang merupakan kebangsaan Amerika Serikat. Beliau memperkenalkan teori belajar yang didasari oleh stimulus. Jadi apa sebenarnya teori ini dan bagaimana kontribusinya dalam dunia pendidikan. Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut kita perlu mengerti dulu hakikat behaviorisme. Pada hakikatnya teori ini memiliki beberapa keyakinan sebagai berikut:

  • Seorang anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya
  • Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor yang berada di luar diri anak, bukan dari faktor yang berasal dari dalam diri anak.
  • Semua tindakan pendidikan ditentukan secara sepihak, yaitu pendidik dan anak dianggap sebagai objek pendidikan

Menurut teori ini, prilaku manusia dikendalikan penuh oleh ganjaran atau penghargaan dari lingkungan. Dengan demikian ada relasi yang kuat antara stimulus yang diberikan denghan respon tingkah laku seseorang. Artinya teori ini ingin menjelaskan bahwa pada dasarnya perilaku setiap anak dapat dibentuk tergantung pada stimulus yang diberikan dari luar. Watson berpendapat bahwa terdapat dua jenis perilaku yaitu: perilaku yang sesuai atau adjustment behavior dan perlaku yang tidak sesuai atau maladjusement behavior. Perilaku ini merupakan hasil kegiatan fisik yang terjadi secara alami terhadap keadaan lingkungan yang tidak diharapkan, seperti menolak untuk tetap tenang pada waktu belajar di kelas yang panas. Watson selanjutnya mengklasifikasikan perilaku ke dalam tiga kategori, yaitu:

(1) somatic/heradity, yaitu perilaku yang bersifat instinktif;

(2) somatic/acquired, yaitu perilaku yang timbul karena kebiasaan;

(3) visceral/heredity and acquired, yaitu perilaku yang timbul karena reaksi emosi.

Ketiga ketegori perilaku tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi secara keseluruhan dalam bentuk pola perilaku.

Di dalam dunia Pendidikan, khususnya dalam pengajaran, behaviorisme beranggapan bahwa pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali guru (teacher's center) dan bukan sebaliknya. Siswa merupakan obyek yang memiliki peran seperti gelas yang diisi air sampai penuh oleh guru. Hal ini tentunya sangat bertolak belakang dengan dunia Pendidikan abad 21 di mana sekolah-sekolah berlomba-lomba untuk menerapkan kurikulum yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan kolaborasi. Paham behaviorisme beranggapan bahwa hukuman dapat membuat perilaku seorang siswa menjadi lebih baik. Namun begitu, bukan berarti pemahaman ini tidak memiliki kelebihan dan relevansi sama sekali pada dunia pendidikan. Berikut merupakan kelebih dan kekurangan teori behaviorisme dalam pembelajaran menurut Dr. Herpratiwi, Mpd (2016):

Kelebihan teori behavirosime:

  • Karena pembelajaran berorientasi pada hasil akhir yang bisa diamati dan diukur, maka apabila terjadi kesalahan atau kekurangan, maka guru bisa melakukan evaluasi dan memperbaikinya
  • Teori ini sangat cocok untuk pembiasaan perilaku baik yang diinginkan yang mengandung unsur-unsur taktis, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan dan semacamnya.
  • Teori ini cocok bagi siswa yang memiliki sifat dependen atau sangat bergantung pada orang dewasa
  • Pengulangan atau pelatihan supaya perilaku yang diinginkan dapat  dibiasakan

Kekurangan Teori Behaviorisme:

  • Pembelajaran berpusat pada guru yang dapat membuat siswa cenderung tidak berpikir kreatif dan kritis
  • Peserta didik dianggap pasif, tidak kreatif, dan perlu motivasi dari luar
  • Penggunaan hukuman pada pendidikan abad 21 akan sangat bermasalah bagi orangtua dan sekolah

Sampai di sini, kita akan beranggapan bahwa penerapan teori behaviorisme dalam pendidikan tidak lagi relevan. Namun begitu pada kenyataannya tidak demikian. Berdasarkan pengalaman yang didapat penulis di dalam kelas yang diampu, teori ini sangatlah berguna untuk digunakan di dalam kelas sebagai media meningkatkan kebiasaan-kebiasaan baik siswa di kelas. Seperti contoh, membiasakan siswa menaruh pekerjaan rumah mereka di tempat yang sudah saya sediakan, selalu memeriksa daftar piket sebelum pulang sekolah, selalu memeriksa jadwal pelajaran dan juga tanggal yang ada, atau kebaisaan saya memberikan pekerjaan rumah setiap hari Rabu, menjadi alarm tersendiri bagi siswa sehingga mereka tidak perlu pengingat lagi. Mereka akan dengan sendirinya ingat bahwa setiap hari rabu guru mereka selalu memberikan pekerjaan rumah. Pembiasaan-pembiasaan baik ini dilakukan atas dasar teori behaviorisme dan masih lah relevan dalam dunia pendidikan abad 21 walaupun tidak bisa selalu diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun