Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Jasa Bapak AChB

6 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 6 Maret 2021   18:12 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa Bapak AChB

AChB singkatan dari Bapak Pdt. Dr. Apeliften Christian Bangun Sihombing, seorang dosen STT HKBP Pematangsiantar. Beliau memiliki arti dan makna yang sangat mendalam berkaitan dengan pemberian nama dari ayahnya yang merupakan seorang pendeta serta memiliki suatu komitmen yang luar biasa dalam pemberitaan Injil.

liften berarti "mengangkat kehidupan", Christian berarti "Kristen" dan "Bangun" tempat dimana saat sang ayah dari beliau melayani baptisan di Huta Bangun Dolok Parapat yang ditujukan kepada keluarga yang kala itu berasal dari kaum Parmalim. Beliau wafat pada 3 Maret 2021 (usia 50 tahun 10 bulan 5 hari) (Sumber).

Mengenang Jasa Bapak AChB

Sebelum pengumuman kelulusan ujian masuk SPMB STT HKBP 2015 silam, Bapak AChB sudah mengatakan beberapa orang yang lulus saat berbincang kepada ayah saya yang sudah bersahabat dengan beliau sejak NHKBP kala beliau turut serta melayani di HKBP Parsaoran Nauli. Sosok yang menurut saya jenius, memang benar kala ia menebak bahwa saya lulus.

Puji Tuhan, saya memang lulus. Beliau menyalam ayah saya dan mengatakan selamat. Selama dikampus saya dibimbing dalam mata kuliah Filsafat Timur, Filsafat Barat, Studi Lapangan, Missiologi 1 dan Metode Penelitian Teologi. Beliau salah satu dosen yang menjadi inspirator saya. Sewaktu perkenalan awal di kelas, beliau sudah mengatakan kepada teman-teman satu standbook bahwa ayah saya sudah berteman baik dengan beliau sejak lama. Jujur, ketika dosen sudah mengatakan sudah mengenal ayah saya terpatri lebih serius dalam belajar. Memang, sudah serius dan fokus sejak awalnya. Tetapi, lebih serius dua kali lipat. Hehe.

Kemudian, salah satu momen yang menarik di semester awal, beliau mengkoordinir para mahasiswa untuk menulis apa saja disecarik kertas. Saya mengingat bahwa yang saya tulis "saya takut akan masa depan saya, entah jadi apa saya kelak". Demikian kala itu saya tuliskan. Kertas saya langsung paling awal beliau baca. Beliau memberikan respon dan selalu saya kenang, "jangan takut. Tuhan ada. Pergunakanlah anugerah itu. Berbahagialah." Kata-kata mutiara ini, pernah saya posting dalam status facebook tahun 2015 dan saya tempelkan sewaktu saya menjadi penghuni kamar Ester. Kala itu saya tidur di tempat tidur bertingkat di atas. Biasanya, sebelum tidur, saya membaca catatan dan kata-kata mutiara termasuk kata-kata mutiara dari beliau.

Saya senang, setiap kali beliau masuk ke kelas. Beliau mengajarkan teologi baru, mendobrak cara berpikir para mahasiswa walaupun saya terkadang takut ketika ditanya. Sebenarnya, jawaban saya tidak salah. Hanya saja, rasa takut sudah hadir terlebih dahulu. Saya juga mendapatkan nilai A dari setiap mata kuliah yang beliau ampuh kecuali Studi Lapangan A-.

Interaksi dengan beliau tidak hanya dikampus, tetapi juga diluar kampus. Saat beliau berkhotbah di luar kampus saya sering bertemu dengannya. Karena kebetulan, saya menjadi organis juga. Beliau juga mengatakan bahwa saya mahasiswa terbaik menurutnya dan pernah menceritakan kepada ayah saya langsung pada masa orang si Senada inilah nanti amang, HKBP ini semakin baik. Entah itu guyonan, atau apa. Kiranya Tuhan tetap memampukan.

Rasa sakit yang dia rasakan, menunjukkan bahwa ia memang sosok yang berani. Nasihat yang ia ajarkan untuk jangan takut, Tuhan ada benar-benar ia hidupi. Saya bangga melihat beliau yang mampu bertahan cukup lama ketika harus ditinggal terlebih dahulu oleh ibu, istri beliau sudah sejak lama. Harus menderita sakit kanker usus, covid-19 dan menghembuskan napas terakhirnya setelah penyakit bertahun-tahun yang dia derita.

Sebagai salah seorang dari murid yang pernah Bapak AChB ajar, saya merasa beruntung. Semangat yang luar biasa, ketangguhan dan iman yang kuat tetap setia kepada Tuhan sampai akhir hidup-Nya. Damailah disisi-Nya, bapak. Aku bersyukur bisa mengenalmu menjadi seorang bapak, dosen, pengajar di persamaian, dapur, STT HKBP. Kiranya jasa dan perjuangan bapak dapat kami lanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun