Oleh Semino
Cina dan Amerika harus bekerjasama untuk menghadapi virus Corona, ujar Cui Tiankai, seorang duta besar Cina di Amerika Serikat. Saatnya solidaritas internasional dibangun. Perlu ruang yang cukup untuk brotherhood of man, sebagaimana yang diimajinasikan almarhum John Lennon.
Solidaritas internasional perlu dan tak bisa disangkal oleh kognisi dan nurani manusia, tapi itu masih impian, sebagaimana yang dicemaskanJohn Lennon. Sepertinya kita kurang eling lan waspada. Tak bisa dipungkiri, semua orang yang mengaku beragama pernah berulang kali dengar bahwa kita diciptakan sebagai bangsa bangsa yang berbeda agar kita saling mengenal antara yang satu dengan yang lain. Artinya, mutual respect dan mutual interest harus dijadikan parameter hubungan baik antar bangsa bangsa di dunia.
Sayang, hal itu hanya kita kenal dalam wacana indah bukan dalam kenyataan. Dorongan syahwat rasis menggiring bangsa manusia untuk saling menaklukkan. Senjata canggih, kekuatan militer, teknologi canggih ciptaan manusia semakin merontokkan solidaritas manusia. Ruang kehidupan manusia menjadi pengab karena volume rasisme terus menggelembung. Kita perlu ruang yang melegahkan!
Ruang pengab ini harus kita bersihkan dan memberi lubang lubang ventilasi agar udara rasisme bisa menemukan jalan keluar dan digantikan udara sejuk yang menyehatkan manusia tanpa pilih pilih warna kulit, isi kepala, dan kelas sosialnya. Sirkulasi udara sehat diperlukan dan jangan biarkan atmosfir rasis mendominasi rumah kita.
Tantangan pandemik Corona mengajarkan kita untuk melakukan social distancing. Begitu juga tantangan terhadap rasisme, jangan biarkan pikiran dan tindakan rasis menginvasi rumah kita. Bumi manusia, bukan bumi putih atau bumi hitam saja. Saling menghormat dan gotong royong harus jadi padangan hidup penghuni bumi. Â
Brotherhood of man, bukan hanya mimpi John Lennon.
Surabaya, 8 April 2020
Semino
