Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agama: Instrumen Perdamaian atau Kekuasaan

21 Juni 2012   17:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menikmati sajian di beberapa teras, seperti ungkapan seorang kompasioner lainnya, biasanya yang ramai dan populer adalah yang menggelar menu AGAMA. Sebuah dinamika yang menarik saat membongkar isi hati dan pikiran seseorang melalui komentar, tulisan atau tanggapan yang diberikan. Walau tak menampik ada yang berujung pada suatu dialog insani, kebanyakan pula mengarah pada pertumpahan emosi dan ajang pertunjukan kuasa.

Mencoba mengingat dialog SOEGIJA di pantai mengenai pertanyaan kecil tentang identitas primordial, si Uskup Revolusioner ini memberi jawaban sederhana tentang ketiadaan pilihan untuk dilahirkan sebagai apa. Kendati demikian, berkaitan dengan agama terlebih iman, tentu hal itu kembali pada pilihan setiap insan dari perjalanan spiritual yang dilakoni semasa hidup. Banyak juga memang yang belum mampu menyadari mengenai mengapa ia beragama A, B atau C. Jelasnya, jamak yang menyandang suatu agama karena demikianlah sejak lahir dan menyadari eksistensi kemanusiaannya. Didikan dan nilai-nilai agama itu menjadi isi yang dimasukkan dalam dirinya dalam bentukan proses pertumbuhan.

Pada sisi lain, saya percaya bahwa semua bermula dari Iman sebagai sebuah rahmat yang akhirnya menentukan pilihan seseorang terhadap agama yang disandangnya. Berdasar pada pengalaman hidup dan juga refleksi tunggal atas semua, manusia menjawab rahmat yang ditawarkan padanya sebagai sebuah keyakinan yang esensial dan dilembagakan dalam sebuah pernyataan beragama. Pun demikian, faktanya pula bahwa agama pada akhirnya memang menjadi sebuah isu yang sangat seksi dan menggairahkan setiap orang saat dia dihembuskan.

Saya pribadi melihat bahwa agama dan iman yang melandasinya adalah sebuah panggilan untuk menghidupi kemanusiaan kita dengan kebaikan. Cara pandang terhadap kebaikan ini yang kadang menjadi absurd oleh begitu banyaknya doktrin dan dogma yang membatasi niat untuk membangun kebaikan itu sendiri. Sehingga di bumi yang kita pijak ini, agama menjadi sebuah sarana yang tak lepas dari kemanusiaan kita dan menjadi bagian utuh dari perjalanan hidup kita. Sayangnya banyak kali agama menjadi sebuah instrumen yang justeru jauh dari upaya menyuburkan kebaikan universal dan humanis. Kemanusiaan kita yang luar biasa kerap lumpuh dan cacat saat kita mulai memaksakan kebaikan melalui dalil agama.

Mengapa kita tidak mencoba membawa iman dan agama kita ke ruang hati masing-masing untuk ditumbuhkan sebagai upaya menyebarkan nilai kebaikan TUHAN pada seluruh umat tanpa harus menggunakan cara-cara dan sikap yang sesungguhnya tidak menunjukkan kebaikan manusiawi kita. Perdebatan mengenai kebenaran, toh pada akhirnya hanya yang Maha Benar empunya kuasa untuk melegitimasi perjalanan dan ziarah hidup kita di dunia fana. Mengapa iman dan agama yang kita lekatkan pada identitas kita tidak digunakan sebagai sebuah sarana berbagi kebaikan dan rahmat? Kita punya pilihan, menjadikan agama sebagai instrumen perdamaian atau sebaliknya sebagai instrumen kekuasaan. Instrumen yang menyebarkan semangat kebajikan atau sebagai instrumen tirani kemanusiaan lewat perebutan kuasa kebenaran. Siapa yang benar, siapa yang salah? Wallahualam ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun