Mohon tunggu...
Mas Guru
Mas Guru Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang arsitek dari generasi penerus peradaban. Seorang pemimpin dari raksasa-raksasa besar bertubuh kecil. Seorang ayah yang belum beristri dari sekumpulan anak-anak yang lucu. Seorang yang sangat mencintai anak-anak. Dan saya adalah seorang guru di sebuah yayasan Islam di Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Baik, Foke Buruk? Think again

14 Agustus 2012   01:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi sosok pemimpin yang saat ini banyak dibicarakan masyarakat. Prestasinya membangun Kota Solo dan kandidat walikota terbaik dunia menjadikan ia semakin terkenal. Foke, sosok pemimpin yang banyak dikecam karena dianggap belum berhasil menuntaskan masalah Jakarta. Ungkapan-ungkapannya terhadap lawan politik seringkali mendapat kecaman masyarakat. Sehingga kita berpikir Jokowi baik dan Foke buruk. Benarkah pemikiran kita? Think again.

Think again. Berpikir kembali. Hal ini beranjak dari pengalaman saya di organisasi kampus. Saat itu saya menjadi salah satu senior yang diharuskan memilih pemimpin baru. Pemilihan tidak berdasarkan voting, melainkan musyawarah. Kita dihadapkan pada dua sosok kandidat pemimpin. Kedua kandidat ini merupakan sahabat dekat.

Kandidat pertama merupakan kandidat kuat sedari awal. Ia memiliki keilmuan tinggi, berjiwa pemimpin, dan berakhlak baik. Sekilas nampak sempurna. Sehingga kita berpikir, “Inilah pemimpin selanjutnya”. Namun ia mempunyai cacat yaitu menjalin hubungan terlarang dengan wanita.

Kandidat kedua hanya sebagai kandidat penyeimbang. Aneh rasanya jika kandidiat pemimpin hanya satu. Dari segi keilmuan ia tidaklah terlalu tinggi, jiwa pemimpinnya pun tidak terlampau nampak dan ia hobi merokok. Namun kandidat kedua ini bersih dari indikasi hubungan terlarang dengan wanita. Waktu pertama saya kenal dia, tidak pernah terlintas pemikiran bahwa ia akan menjadi salah satu kandidat pemimpin nantinya. Jika diibaratkan ia berangkat dari negatif, kemudian perlahan tapi pasti ia menjadi semakin positif.

Sejak awal saya berpendapat bahwa kandidat pertamalahyang terbaik. Setelah dengar pendapat yang panjang, lambat laun pilihan saya berubah. Jika ditanya kenapa, maka alasannya sbb:

-Meskipun kandidat pertama memiliki kelebihan yang banyak, namun ia memiliki kekurangan yang sulit diobati. Hubungannya dengan wanita adalah perkara hati. Dan urusan hati adalah sulit diobati. Jika ia menjadi pemimpin, ditakutkan banyak anggota yang meniru sikapnya.

-Kandidat kedua, meskipun tidak memiliki kelebihan sebanyak kandidat pertama, namun kekurangan yang dia miliki (merokok) lebih mudah disembuhkan. Ia juga memiliki track record yang semakin baik.

Setelah dengar pendapat, keputusan akhir musyawarah sepenuhnya ditangan pemimpin lama. Pemimpin lama akhirnya memilih kandidat kedua sebagai pemimpin baru. Setelah kepemimpinan berjalan sekian bulan saya semakin meyakini bahwa pilihan itu adalah yang terbaik

Kembali ke Jokowi-Foke. Sejak Jokowi menang pada putaran pertama namanya semakin harum. Termasuk di Kompasiana. Ratusan orang menuliskan kelebihan Jokowi dan keburukan Foke. Termasuk saya.

Thinkagain. Apakah Jokowi dengan segala kelebihanya tidak memberikan dampak buruk di sisi lain? Saya memiliki ketakutan jika Jokowi jadi gubernur DKI. Pertama, jika jadi gubernur DKI otomatis wawali Solo Fx. Rudi menjadi walikota Solo. Empat tahun terakhir ini saya tinggal di Solo.Yang saya tahu, Solo memiliki harokah keislaman terlengkap dibanding kota-kota lain. Apakah kemudian mereka rela dipimpin oleh orang Non Islam? Kedua, seandainya Jokowi menjabat gubernur DKI, kemudian tidak disangka beliau mencalonkan presiden tahun 2014, maka otomatis Ahok jadi gubernur DKI. Relakah? Ini memang berkaitan dengan SARA. Tapi bagi saya agama bukanlah hanya sekedar penghias hidup. Agama adalah hal yang teramat sangat penting. Lalu jika ada yang tanya mana Bhineka Tunggal Ika, mana pancasila, mana nasionalisme? Bagi saya itu no 2.

Banyaknya partai politik yang mendukung Foke pun semakin menguatkan pilihan saya. Saya yakin partai politik telah melakukan musyawarah. Dengan berbagai pertimbangan mereka memilih yang terbaik. Tidak hanya bagi partai mereka, tapi yang utama bagi Jakarta.

Apapun pilihan saya, tidak akan merubah apapun. Karena saya tidak punya hak pilih. Baik menurut saya belum tentu baik menurut Allah. Saya berharap semoga Allah memilihkan pemimpin terbaik untuk Jakarta. Siapapun itu. Amiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun