Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Tulisan RA Kartini

21 April 2018   16:27 Diperbarui: 21 April 2018   17:08 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah bertahun-tahun setiap tanggal 21 April kita semua memperingati hari lahirnya seorang wanita yang kita ketahui mempunyai pikiran-pikiran yang sangat maju, untuk jamannya bahkan untuk jaman sekarang.

Tanpa merendahkan para pejuang wanita yang dilahirkan ibu pertiwi ini, Indonesia cukup beruntung mempunyai pejuang emansipasi wanita yang lewat tulisan-tulisan pemikiran beliau dianggap sebagai pendobrak atas terkungkungnya posisi wanita jaman dahulu (hingga jaman sekarang).

Namun adakah dengan peringatan Hari Kartini ini kita belajar apa yang jadi pemikiran-pemikiran beliau? Selain menghafal beliau lahir di Jepara 21 April, orang tuanya yang bangsawan, menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. 

Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, melahirkan seorang putri Soesalit Djojoadhiningrat, lalu pada usia 25 tahun beliau meninggal dunia (17 Sepetember 1904), Adakah dalam seremonial itu kita meluangkan waktu membahas salah satu atau lebih dari pemikiran beliau untuk kita kaum perempuan?

Yang saya tahu, seremonial Hari Kartini baru sebatas dandan ala Jawa atau tradisional, lomba-lomba menghias tumpeng, atau lomba-lomba lain yang berhubungan dengan dunia wanita umumnya.

Lalu apa makna yang bisa kita petik dari peringatan Hari Kartini ini? Selain melihat wanita berdandan cantik, dengan kebaya warna warni, juga gincu tebal, serta selop yang tinggi meruncing?

Memang dalam acara seremonial Hari Kartini, selalu dibacakan riwayat singkat R.A Kartini, namun jarang sekali mereka membahas tulisan-tulisan beliau, pandangan-pandangan beliau mengenai agama, pendidikan ataupun tentang kehidupan wanita.

Padahal banyak hal yang bisa kita jadikan panutan dari pemikiran beliau, seperti kata-kata beliau yang ini "Ingin saya menggunakan gelar tertinggi, Hamba Allah". Surat Kartini yang ditujukan pada Ny Abendanon ini tertanggal 1 Agustus 1903.

Dari tulisan ini kita bisa membahas lebih dalam lagi, bagaimana seorang Kartini, wanita bangsawan saat itu yang merasa bukan sebagai apa dan siapa, bahkan untuk menyebut dirinya sebagai Hamba Allah saja dia merasa sangat belum layak menggunakannya. Padahal kalau kita merunut tulisan-tulisan beliau yang lain, bisa dikata beliau wanita yang religius. 

Terlihat dari tulisan beliau "Kami berikhtiar, supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri, menolong diri sendiri, dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna". Surat kepada Ny Abendanon bertanggal 12 Desember 1902. 

Atau pada tulisan beliau "Agama memang menjauhkan kita dari dosa,tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama?" Dan tentunya masih banyak lagi pemikiran-pemikiran beliau yang menun jukkan betapa beliau adalah insan yang religius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun