Mohon tunggu...
Grisela
Grisela Mohon Tunggu... Mahasiswa

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Diary

Puji Tuhan, Setelah Hujan dan Petir, Langit Kembali Tenang

8 Oktober 2025   17:30 Diperbarui: 8 Oktober 2025   17:30 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:dokpri/Grisela 

Sore ini suasananya terasa berbeda. Dari balik jendela rumah, saya melihat langit yang masih diselimuti warna abu-abu. Hujan baru saja berhenti, meninggalkan genangan kecil di halaman dan atap-atap rumah yang masih basah. Angin pun mulai mereda setelah beberapa jam tadi bertiup cukup kencang. Petir yang sempat menyambar-nyambar kini hilang, digantikan dengan suara burung yang perlahan mulai terdengar lagi. Puji Tuhan, badai itu akhirnya berlalu.

Tadi sore, ketika hujan turun begitu deras disertai petir yang menyilaukan, suasana sempat terasa menegangkan. Angin berdesir kuat, membuat daun-daun bergoyang liar, dan genting rumah pun bergetar. Saya hanya bisa duduk diam, berdoa dalam hati supaya semuanya baik-baik saja. Dalam momen seperti itu, saya teringat betapa terbatasnya manusia. Kita bisa memprediksi cuaca, tapi tak ada yang bisa menahan hujan atau menghentikan petir. Hanya Tuhan yang punya kuasa penuh atas alam semesta ini.

Ketika hujan perlahan mulai reda, saya keluar dan melihat pemandangan sekitar. Udara terasa lebih sejuk dan segar. Aroma tanah basah bercampur dengan kesejukan angin sore. Langit masih kelabu, tapi di balik itu tersimpan ketenangan yang luar biasa. Seolah alam baru saja dihapus dari segala debu dan panas yang menumpuk sejak siang tadi. Saya berdiri di sana cukup lama, mengamati atap-atap rumah yang meneteskan air, pohon yang menggoyang rantingnya, dan suasana kampung yang mulai hidup lagi setelah badai.

Dalam hati saya bersyukur. Tadi sore memang sempat takut, apalagi saat petir terdengar begitu dekat. Tapi kini saya sadar, justru lewat kejadian itu Tuhan sedang mengingatkan bahwa di balik setiap guncangan, ada maksud yang indah. Sama seperti hujan yang membersihkan bumi, badai kehidupan pun sering kali Tuhan izinkan untuk membersihkan hati kita. Kadang kita perlu diguncang supaya belajar berserah, supaya kembali mengingat bahwa tanpa Tuhan kita tak bisa apa-apa.

Sore ini saya belajar sesuatu yang sederhana tapi dalam. Bahwa hujan, angin, dan petir bukan sekadar peristiwa alam, melainkan juga cara Tuhan berbicara kepada kita. Ia menunjukkan kuasa-Nya sekaligus kasih-Nya---bahwa setelah badai, selalu ada ketenangan. Setelah petir, selalu ada cahaya baru.

Sekarang langit mungkin belum cerah sepenuhnya, tapi hati saya sudah terasa damai. Suasana yang tadinya menakutkan berubah menjadi tenang dan penuh rasa syukur. Di antara tetesan air yang masih jatuh dari atap, saya tersenyum dan berkata dalam hati, "Puji Tuhan, semua baik-baik saja."

Hujan sore ini bukan hanya membawa kesejukan bagi bumi, tapi juga bagi hati. Ia mengingatkan bahwa setiap badai pasti berlalu, dan di balik semua itu, Tuhan selalu hadir---setia menjaga, melindungi, dan menenangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun