Bagi orang lain, pulang ke rumah adalah hal biasa. Tapi bagimu, pulang adalah sesuatu yang istimewa, sebuah kemewahan yang begitu kau impikan!
Perempuan itu masih tergolek lemah di pembaringan, badannya terasa begitu pegal, kepalanya sangat pusing. Mulutnya terasa pahit. Ia merasa tak memiliki tenaga sama sekali, seakan ada yang mengisap kekuatannya, duduk pusing, berdiri apalagi.
Jarum infus masih tertancap di pembuluh darah tangan kiri, mengalirkan cairan penopang kehidupannya. Baru sekitar satu jam perawat memindahkannya dari tangan kanannya yang bengkak, karena cairan yang tak dapat masuk ke pembuluh darahnya, menyebabkan bengkak dan harus diganti ke satu sisi tangan yang lain.
Hampir setiap 2-3 hari tangannya bengkak karena cairan yang tak bisa mengalir. Jangan tanyakan rasa sakit padanya, dia sudah tak peduli akan semua sakit yang harus dilalui. Ia sudah memutuskan untuk berjuang demi satu kata : sembuh!
Ya Allah, apakah ini waktuku? Lirih berkata ia pada dirinya sendiri. Tiba-tiba kesedihan menyergap.
Ya, perempuan itu adalah kamu, diriku!
Terbayang wajah anak-anakmu. Aah … bagaimana perasaan mereka, jika kau memang benar-benar harus pergi.
Telpon berdering, dari si bungsu yang berada di seberang, tak sanggup menahan isak tangisnya, dia begitu khawatir dan ingin pulang ke tanah air!
Gerimis menyelimuti hatimu, bayang kematian itu kian mendekat. Betapa hidup adalah sebuah anugerah yang besar, andai saja kematian bisa ditawar.
Berapa banyak yang selamat dan yang lewat? Virus ini punya seribu wajah dan kau tak tahu berada di level yang mana.
“Ibu tahu pasien yang ada di ujung itu?” seorang perawat bercakap saat mengganti cairan infus yang habis.